HAMAS menggelar Operasi Badai Al Aqsha. Operasi itu sebagai jawaban atas tindakan Zionis Israel terhadap rakyat Palestina. Operasi pembebasan Masjid Al Aqsha. Serangan untuk kemerdekaan Palestina.
Ribuan roket dilesakan ke Israel. Pesawat tanpa awak juga diterbangkan dan meledakkan tangsi-tangsi militer Israel. Militan Hamas juga berhasil merangsek melalui jalur darat.
Wilayah Palestina yang dikuasai secara ilegal oleh Israel, berhasil direbut kembali. Pagar pembatas yang dipasang oleh otoritas Israel, berhasil dirobohkan oleh pasukan Hamas yang dibantu rakyat sipil.
Militan Hamas, juga sukses menguasai peralatan militer milik Zionis Israel, berupa senjata dan kendaraan tempur. Ratusan warga sipil laki-laki, perempuan dan tentara zionis disandera. Mereka ditawan di tempat aman. Itu menjadi jaminan untuk tukar menukar tawanan dengan Israel.
Ratusan tentara dan warga Israel tewas dalam Operasi Badai Al Aqsha. Tentara Zionis Israel lari tunggang langgang saat terjadinya serangan mengejutkan tersebut. Mereka amat sangat ketakutan.
Seorang jurnalis Palestina, Omar (nama disamarkan) menyatakan, rakyat Palestina bergembira atas operasi yang dilancarkan Hamas. Mereka berbahagia, laiknya merayakan Hari Raya Idul Fitri.
“Saya tak sekadar meliput operasi itu, tapi saya dan teman-teman berhasil masuk kembali ke tanah kami yang dirampas Israel. Tak hanya meliput, tapi kami juga bergembira seperti merayakan Idul Fitri,” kata Omar seperti dilansir sejumlah media setempat.
Pimpinan Hamas Ismail Abdel Salam Ahmed Haniyeh atau dikenal dengan nama Ismail Haniyeh, bersama petinggi kelompok pejuang Palsetina itu bersyukur. Mereka mengungkapkannya dengan melakukan sujud syukur di ruangan kantornya.
Ismail Haniyeh, mengatakan serangan pihaknya telah mengingatkan Israel agar menghentikan kekerasan, dan berhenti memblokade rakyat Palestina. Tetapi pihak Israel abai.
Dia mengatakan, serangan yang dimulai di Gaza, akan menyebar ke Tepi Barat dan Yerusalem. Warga Gaza telah hidup di bawah blokade Israel selama 16 tahun.
“Berapa kali kami memperingatkan Anda, bahwa rakyat Palestina telah tinggal di kamp pengungsi selama 75 tahun, dan Anda menolak mengakui hak-hak rakyat kami?,” kata Ismail Haniyeh dalam pidatonya yang disiarkan televisi setempat.
Secara politis, Hamas memang menguasai Jalur Gaza, wilayah seluas sekitar 365 kilometer persegi, yang merupakan rumah bagi sekitar 2,3 juta orang, tetapi diblokade oleh Israel. Soal nama, Hamas merupakan singkatan dari Gerakan Perlawanan Islam dan dalam Bahasa Arab berarti semangat.
SERANGAN MENGEJUTKAN, INTELIJEN ISRAEL KEBOBOLAN
Operasi tersebut sangat mendadak. Mengejutkan pihak Israel. Mereka tak menyangka sama sekali akan ada serangan mematikan itu. Dilaporkan, lebih 500 orang tewas, dan ribuan rakyat Israel luka-luka.
Iron dome milik Israel, yang dioperasikan untuk menghalau serangan udara, seakan mati tak berfungsi. Padahal, peralatan perang yang sangat canggih itu, bisa menembak menggagalkan tembakan roket musuh sejauh 5 kilometer hingga 70 kilometer.
Sejumlah pihak menilai, intelijen Israel kecolongan. Pasalnya, serangan Hamas dari Gaza, tidak hanya melalui udara, tetapi juga melalui darat.
Apalagi, serangan udara itu tidak hanya dilakukan pasukan Hamas dan Al Qassam dari Gaza. Tetapi kelompok Hizbullah juga turut menyerang Israel. Mereka menembakan roket dari Lebanon.
Karena memang, Hizbullah adalah aliansi regional Hamas, yang menentang kebijakan Amerika Serikat terhadap Timur Tengah dan Israel.
Operasi Badai Al Aqsha mendapat dukungan juga dari Presiden Iran Ebrahim Raisi. Dia menyerukan agar negara-negara muslim turun tangan membantu Palestina.
“Pemerintahan Muslim harus ikut serta bersama komunitas Islam dalam mendukung rakyat Palestina. Musuh Zionis juga harus memahami bahwa keadaan telah berubah, penghasutan perang merugikan Zionis,” kata Presiden Raisi.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu marah atas serangan Hamas tersebut. Israel kelabakan. Netanyahu akhirnya mendeklarasikan perang terhadap Palestina. Dia memerintahkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk membalas serangan Hamas tersebut.
Perintah perang oleh Benjamin Netanyahu itu diberi nama Operasi Pedang Besi. Pesawat-pesawat militer dikerahkan, meraung-raung di atas langit Gaza. Bom-bom dilepaskan. Langit Gaza terang benderang. Serangan membabi buta itu, membuat ratusan rakyat Gaza meregang nyawa. Pun halnya anak-anak.
Saat ini, pertempuran masih berlangsung di negara itu. Harapan dunia, perdamaian segera terjadi dan kemerdekaan Palestina dapat diraih. (*)
Tinggalkan Balasan