Fandi bercerita, menyebut nama Danau Tolire, yak bisa dilepaskan dari kisah legenda masa lalu. Alkisah, Danau Tolire awalnya adalah satu perkampungan yang dikutuk menjadi danau. Ketika itu, warga di Kampung Tolire sedang merayakan pesta atau ritual adat. Di malam puncak acara yang telah berlangsung 7 hari 7 malam itu, seorang pembantu raja tak sengaja melihat sang raja dan seorang gadis yang ternyata anak kandung raja itu, tidur bersama. Tiba-tiba terdengar kokok ayam: Tolire Jaha yang berarti Tolire akan tenggelam.
Saat kokok ayam yang pertama, pembantu memberanikan diri masuk ke kamar raja untuk memberitahukan kejadian tersebut, namun raja tak mau percaya laporan pembantunya itu. Menurut raja, tidak mungkin ayam berkokok dengan suara seperti manusia.
Saat itulah, ayam kembali berkokok yang kedua kalinya, dan tanah mulai bergeser, dan bergoyang, kemudian sang pembantu coba melarikan diri dengan membawa pinang dan sirih menuju pantai.
Kemudian Ayam kembali berkokok untuk yang ketiga kalinya dan diikuti tanah longsor. Namun semua warga yang ada di kampung tersebut sedang tertidur pulas. Alhasil sang pembantu lari meninggalkan Tolire. Kampung itu kemudian dan membentuk sebuah kubangan besar. Jadilah Danau Tolire.
Dalam versi yang lain, warga telah menyiapkan persembahan berupa sesajen sebagai tanda dimulainya pesta. Mereka memakai pakaian berwarna-warni agar lebih menambah semarak uapacara itu. Gong dan tifa mengiringi penari yang dengan lemah lembut menampilkan kebolehannya.
Kepala kampung pada malam pesta itu ikut menari bersama rakyatnya. Tapi ia tiba tiba menghilang dengan anak gadisnya sendiri. Pesta pun usai. Kepala kampung yang telah dikuasai minuman keras itu, hilang kendali. Ia tak peduli lagi gadis cantik yang juga anaknya sendiri itu disetubuhi.
Maka terjadilah malapetaka itu. Di saat warga kampung sudah terlelap ada seorang perempuan yang terbangun menjelang subuh, karena akan menyusui anaknya, tiba- mendengar kokok ayam berkokok, “tolire gam jaha, tolire gam jaha, tolire gam jaha …”
Suara kokok ayam ini terdengar sampai tiga kali. Setelah mendengar suara kokok ayam itu, perasaan takut tiba tiba ada pada dirinya dan ia memutuskan untuk menggendong anaknya yang masih kecil itu untuk segera melarikan diri dari kampung, tetapi pada saat itu terdengarlah gemuruh air dan suara benturan-benturan, seketika ia sadar bahwa Kampung Tolire akan tenggalam.
Tinggalkan Balasan