PALU, KAIDAH.ID – Peter Youngren, pendiri World Impact Ministries (WIM) menegaskan, Festival Persahabatan di Kota Palu akan tetap dilaksanakan sesuai jadwal, yakni 30 Januari hingga 2 Februari 2025, meskipun mendapat penolakan dari kelompok muslim di Sulawesi Tengah (Sulteng).

“Kami tetap akan melaksanakan Festival Persahabatan, karena telah mendapatkan izin dari pemerintah setempat,” tegas Peter Youngren, dalam keterangannya di Palu, Rabu malam, 29 Januari 2025.

Penegasan ini disampaikan Peter, menanggapi aksi protes dari Aliansi Umat Islam dan Forum Umat Islam (FUI) Sulteng yang menolak kegiatan tersebut. Massa aksi bahkan sempat mendatangi Hotel Aston Palu, tempat berkumpulnya panitia Festival Persahabatan, sebagai bentuk penolakan terhadap kehadiran Peter Youngren dari Kanada dan Jacob Wendesten dari Swiss.

Peter menilai, Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi kebebasan beragama. Oleh karena itu, menurutnya, setiap kelompok memiliki hak untuk menyampaikan aspirasi, termasuk menolak kegiatannya.

“Saya yakin, mereka melakukan itu dengan tulus, berdasarkan keyakinan mereka tentang apa yang dianggap baik. Namun, saya juga berpikir mereka belum benar-benar mengenal saya,” ungkapnya.

Dia menegaskan, dirinya tidak pernah menganggap satu agama lebih baik dari agama lainnya. Hal ini, kata dia, berlaku bukan hanya di Palu, tetapi di seluruh dunia tempat ia berkegiatan.

Sementara itu, aksi protes yang dilakukan ratusan umat Islam dari berbagai daerah di Sulawesi Tengah menyoroti latar belakang Peter Youngren, yang dianggap sebagai tokoh intoleran.

Mereka menyoroti bukunya yang berjudul Meraih Kemenangan di Daerah Musuh, serta pernyataan Jacob Wendesten dalam sebuah video, yang menyebut adanya kelompok radikal kecil yang menolak kegiatan festival di Palu.

Hingga saat ini, penyelenggara tetap berpegang pada izin yang telah diberikan oleh pihak berwenang, dan memastikan Festival Persahabatan akan berjalan sesuai agenda yang direncanakan. (*)

Editor: Ruslan Sangadji