Oleh: Muhidin M. Said
Wakil Ketua Badan Anggaran DPR-RI

SAAT INI, pemerintahan Prabowo – Gibran memiliki target pertumbuhan ekonmi yang sangat tinggi. Penentuan target pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini, bukan hanya harus diapresiasi, tetapi harus didukung secara totaliter oleh semua elemen bangsa.

Pemerintah bersama seluruh pelaku ekonomi, harus bahu membahu mewujudkan cita-cita pertumbuhan ekonomi delapan persen. Pemerintah bersama seluruh pelaku ekonomi, harus memiliki arah yang sama, sehingga kinerja ekonomi bisa berjalan secara harmonis. Kebijakan yang dibuat pemerintah harus memiliki arah yang sama, baik dari sisi kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter.

Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, harus saling mendukung dan menguatkan, tidak boleh saling melemahkan apalagi saling meniadakan. Jika kebijakan fiskal dan moneter bisa berjalan secara harmonis, maka kinerja ekonomi akan optimal. Harmonisasi kebijakan ini biasanya dikenal dengan istilah bauran kebijakan.

Secara konseptual, terdapat empat kemungkinan skenario bauran kebijakan antara kebijakan fiskal dan moneter, yaitu (1) kebijakan fiskal ekspansif – kebijakan moneter ekspansif, (2) kebijakan fiskal ekspansif – kebijakan moneter kontraktif, (3) kebijakan fiskal kontraktif – kebijakan moneter ekspansif, (4) kebijakan fiskal kontraktif – kebijakan moneter kontraktif.

Dari keempat kemungkinan skenario tersebut, kebijakan yang harmonis, adalah kebijakan yang memiliki arah yang sama, yaitu antara skenario kebijakan yang pertama dan yang keempat. Jika kebijakan fiskal ekspansif, maka sejatinya kebijakan moneter juga mendukung ekspansi yang dilakukan pemerintah.

Jika pemerintah membuat kebijakan yang kontraktif, maka seyogyanya kebijakan moneter juga mendukung langkah-langkah yang dilakukan pemerintah yang mengerem pertumbuhan ekonomi.
Jika harmonisasi ini tidak berjalan, maka kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dan pemegang otoritas kebijakan moneter dalam hal ini adalah Bank Indonesia (BI), tidak akan berjalan efektif.

Jika skenario bauran kebijakan yang dipilih adalah skenario kedua (kebijakan fiskal ekspansif – kebijakan moneter kontraktif), maka ketika pemerintah ingin mendorong pertumbuhan ekonomi, BI malah mengeluarkan kebijakan kontraksi dengan menarik jumlah uang yang beredar dari perekonomian.

Langkah ini tentunya akan kontraproduktif dengan kebijakan ekspansioner yang dikeluarkan pemerintah. Langkah-langkah pemerintah untuk menggenjot perekonomian tidak akan berjalan efektif karena terhambat kebijakan moneter yang kontraktif.

Hal yang sama juga jika yang dipilih adalah skenario bauran kebijakan nomor empat. Ketika pertumbuhan ekonomi dirasa terlalu cepat sehingga menimbulkan gejala overheating, maka pemerintah akan melakukan pengereman dengan mengeluarkan kebijakan fiskal yang kontraktif. Namun langkah kontraksi ini, tidak akan memiliki efek yang optimal jika di sisi lain BI mengeluarkan kebijakan yang ekspansif.

Sebagai contoh riil, melalui penambahan belanja negara, pemerintah bisa melakukan kebijakan ekspansioner. Melalui tambahan belanja, pemerintah menambah jumlah uang yang beredar di dalam perekonomian. Uang tersebut diharapkan mampu mendorong sektor riil untuk lebih “bergairah”, berproduksi lebih besar dan berjualan lebih banyak.