DI BALIK DEBUR OMBAK yang menepi di Teluk Tomini, Kabupaten Parigi Moutong berdiri sebagai saksi perjalanan panjang sebuah wilayah yang terus bergerak maju. Di bawah kepemimpinan Penjabat Bupati Richard Arnaldo, kabupaten ini perlahan tapi pasti menorehkan tinta emas di lembar sejarah pembangunan Sulawesi Tengah.
Hari itu, di sebuah aula yang teduh, Richard berdiri tegap di hadapan pejabat daerah dan perwakilan masyarakat. Suaranya tenang, namun penuh keyakinan. Ia bukan hanya berbicara tentang angka-angka dalam laporan birokrasi, tetapi tentang mimpi besar yang menjelma menjadi kenyataan.
Mimpi agar Parigi Moutong tak sekadar menjadi penonton dalam arus pembangunan, melainkan pemain utama yang membawa perubahan nyata bagi warganya.
“Saya percaya, keberhasilan sebuah daerah bukan hanya tanggung jawab pemimpin, tapi hasil dari kerja kolektif kita semua,” ucapnya. Di balik kalimat sederhana itu, berderet prestasi lahir dari tangan dinginnya.
Salah satu tonggak utama kepemimpinannya, adalah keberhasilan menekan inflasi melalui gerakan pangan murah. Di pasar-pasar rakyat, harga kebutuhan pokok kini lebih stabil. Warga yang sebelumnya gelisah karena harga melambung, kini bisa bernapas lega. Ia tahu, perut yang kenyang adalah kunci ketenangan hidup warganya.
Namun, Richard tak berhenti di sana. Ia membawa Parigi Moutong melangkah lebih jauh, menembus batas-batas negeri. Di bawah kepemimpinannya, durian lokal yang harum menusuk itu kini menyeberangi lautan, diekspor ke mancanegara. Komoditas ini bukan sekadar buah, tetapi simbol bahwa Parigi Moutong mampu bersaing di panggung global.
Sebuah persoalan pelik yang membelit bertahun-tahun pun berhasil diselesaikan. Tapal batas dengan Kabupaten Poso yang semula menjadi bara dalam sekam, kini menemukan ujung damai melalui diplomasi dan keteguhan. Tak ada lagi perdebatan panjang di ruang sidang atau di tengah masyarakat. Sebuah kesepakatan lahir, menjadi bukti bahwa dialog yang jernih selalu menemukan jalan.
Penghargaan demi penghargaan pun mengalir deras. Baznas menobatkan Parigi Moutong sebagai pengelola zakat terbaik. Piala Adipura 2023 kini bersanding megah di lemari kehormatan, bukti nyata keberhasilan menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
Tak ketinggalan, BPJS memberikan penghargaan Paritrana 2023 untuk dua kategori, menandai perhatian serius Richard terhadap kesejahteraan sosial warganya.
Dan, seolah prestasi itu belum cukup, Kabupaten Parigi Moutong membawa pulang dua penghargaan bergengsi di ajang K1S Awards 2024 yang digelar oleh Kementerian Keuangan. Pengakuan yang tidak datang tiba-tiba, tetapi buah dari kerja keras, transparansi, dan dedikasi yang tak pernah surut.
SEPULUH PAKET STRATEGIS, SEPULUH JANJI UNTUK MASA DEPAN
Di balik pencapaian itu, Richard Arnaldo tidak hanya memikirkan hari ini. Ia menatap jauh ke depan, merancang sepuluh paket proyek strategis untuk tahun 2025. Setiap proyek adalah janji yang berakar dari kebutuhan riil masyarakat, bukan sekadar proyek mercusuar tanpa makna.
Lanjut ke halaman berikutnya >
Di Desa Jononunu, misalnya, akan berdiri Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) senilai Rp6,5 miliar. Bagi sebagian orang, proyek ini mungkin terdengar remeh. Tapi bagi warga desa, ini adalah janji tentang sanitasi yang lebih layak, tentang kehidupan yang lebih sehat dan bermartabat.
Di Sausu dan Baliara, sebuah puskesmas baru bernilai Rp7,8 miliar akan segera dibangun. Tak lagi ada perjalanan panjang bagi ibu hamil yang ingin melahirkan, atau anak-anak yang butuh vaksinasi. Pelayanan kesehatan yang manusiawi adalah hak setiap warga, dan Richard memastikan hak itu terpenuhi.
Sementara itu, Gedung Layanan Perpustakaan senilai Rp10 miliar akan menjadi jantung intelektual kabupaten. Anak-anak dari pesisir hingga pegunungan akan memiliki ruang untuk bermimpi dan belajar, karena ia percaya bahwa investasi terbaik adalah investasi pada pengetahuan.
Tak ketinggalan, ada pengadaan Modular Operation Theatre (MOT) untuk ruang operasi di rumah sakit. Dengan dana Rp10,8 miliar, fasilitas ini menjanjikan pelayanan medis yang modern dan efisien. Pasien tidak lagi harus dirujuk jauh ke kota besar. Kini, harapan untuk sembuh bisa ditemukan di rumah sendiri.
MEMAHAT MASA DEPAN DI BAWAH LANGIT PARIGI MOUTONG
Malam mulai turun di Parigi Moutong, tetapi lampu-lampu di kantor bupati tetap menyala. Di ruang kerjanya, Richard Arnaldo memandang lembaran-lembaran rencana kerja yang menumpuk di meja. Ia tahu, setiap angka dalam laporan itu mewakili harapan ribuan orang di pelosok dan pinggiran desa.
“Tidak ada pembangunan yang berjalan sendiri,” gumamnya pelan.
Richard Arnaldo mengerti, kemajuan ini adalah hasil dari tangan-tangan yang bekerja tanpa lelah, dari petani di sawah hingga pegawai yang memproses dokumen di balik meja.
Richard Arnaldo bukan sekadar nama dalam daftar panjang pejabat negara. Di Parigi Moutong, ia adalah simbol dari komitmen, ketekunan, dan mimpi besar yang perlahan menjadi kenyataan.
Dan di bawah kepemimpinannya, kabupaten ini melangkah mantap menuju masa depan—masa depan yang lebih terang di bawah langit Sulawesi Tengah. (*)
Penulis: Ruslan Sangadji


Tinggalkan Balasan