INI TENTANG KOMBES POL SIRAJUDDIN RAMLY – Di sebuah desa kecil di pesisir Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong, seorang bocah lelaki dulu gemar berlarian di tepi pantai. Angin asin laut dan debur ombak adalah teman masa kecilnya. Namanya Sirajuddin Ramly, anak desa yang kelak menorehkan jejak panjang dalam dunia kepolisian dan masyarakat Sulawesi Tengah.
Lahir pada 4 Februari 1976, Sirajuddin kecil tumbuh dalam lingkungan sederhana. Tapi sejak belia, ia sudah bercita-cita mengenakan seragam cokelat kebanggaan itu. Takdir membawanya masuk kepolisian melalui jalur Perwira Polri Sumber Sarjana (PPSS) pada tahun 2000. Akademi Kepolisian di Semarang menjadi saksi awal perjuangannya menapaki jalan panjang di institusi ini.
Perjalanan kariernya seperti aliran sungai yang tak pernah berhenti. Mulai dari Kapolsek di Moutong dan Palu Utara, hingga kini menjadi Direktur Pembinaan Masyarakat (Dirbinmas) di Polda Sulawesi Tengah. Ia tak hanya sekali duduk di kursi wakil direktur, tapi tiga kali – di Binmas, Reskrimsus, dan Polairud. Semuanya ia jalani dengan dedikasi, hingga dikenal luas sebagai polisi yang ramah, bersahaja, dan mudah bergaul.

Dunia reskrim memang jadi ladang pengabdiannya. Tahun 2002 dan 2003, ia mendalami Pendidikan Dasar dan Lanjutan Reskrim di Pusdik Reskrim Polri, Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Kariernya semakin kokoh saat menjabat Kapolres Parigi Moutong, 2017 hingga 2019. Di sanalah, ia bukan hanya menjaga keamanan Pilkada 2018, tapi juga memimpin evakuasi saat gempa besar 28 September 2018 mengguncang Sulteng – peristiwa yang bagi banyak orang masih meninggalkan luka hingga kini.
Di luar tugas resmi, Sirajuddin Ramly yang kini menyandang pangkat Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) itu adalah sosok yang lekat dengan aktivitas sosial. Ia dipercaya memimpin beberapa organisasi kemasyarakatan, dari Ketua Dewan Masjid Indonesia (DM) Kota Palu hingga Ketua Bidang Hukum KONI Sulteng. Dalam dunia pergerakan pemuda, ia aktif di KNPI dan Wakil Ketua Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa slam (KAHMI). Semua jabatan itu ia jalani bukan karena ambisi, melainkan panggilan hati, pengabdian untuk masyarakat.
Yang menarik, di tengah kesibukan sebagai abdi negara, Sirajuddin tetap menuntaskan pendidikannya. S1 hingga S3 ia raih di almamater yang sama – Universitas Tadulako, Palu. Gelar doktor hukum yang ia sandang sejak 2023 bukan semata prestise, tapi simbol ketekunan anak desa yang tak pernah lupa mimpi.
Hari ini, di usianya yang nyaris setengah abad, Sirajuddin Ramly masih berdiri tegak di garis depan pengabdian. Menyapa masyarakat, mendekap persoalan sosial, dan menjadi jembatan antara rakyat dan institusi Polri.

Di sudut ruang kerjanya di Polda Sulteng, seringkali terdengar suara tawa ringan. “Jabatan itu sementara, tapi nama baik dan amal ibadah itu abadi,” ucapnya suatu ketika saat berbincang dengan sejumlah kawan.
Mungkin itulah yang membuat Sirajuddin Ramly bukan hanya sekadar polisi, tapi juga teladan bagi anak-anak pesisir yang bermimpi setinggi langit, tanpa lupa bumi tempat mereka berpijak. (*)
Tinggalkan Balasan