“Arah kiblat yang benar untuk Kota Palu adalah 291 derajat dari utara. Itu artinya, sedikit ke barat-barat laut, bukan sekadar barat,” jelas Taufik.
Ia menerangkan, banyak bangunan ibadah hanya berpatokan pada arah barat, tanpa perhitungan ilmiah yang tepat. Taufik juga mengkritik penggunaan kompas dalam pembangunan masjid, karena rentan terhadap pengaruh medan magnet, terutama di area yang mengandung besi bawah tanah.
“Kompas bisa menyimpang. Boleh digunakan dalam kondisi darurat, seperti di hutan atau kapal, tapi tidak ideal untuk bangunan permanen,” tegasnya.
Meskipun mayoritas bangunan menyimpang, tim juga menemukan beberapa masjid dan makam yang telah sesuai arah kiblat, seperti Masjid UIN Datokarama Palu dan Masjid Almujahidin di Kelurahan Silae. Makam Guru Tua, pendiri Alkhairaat, juga disebut telah menghadap kiblat secara tepat.
“Di TPU Birobuli Utara, kami bahkan menemukan satu-satunya kuburan yang benar-benar menghadap kiblat,” tambah Taufik.
REKOMENDASI
Tim Kiblat Klinik Hisab Rukyat berharap, hasil penelitian ini bisa dijadikan rujukan oleh masyarakat, lembaga keagamaan, instansi pemerintah, maupun pihak swasta, terutama sebelum mendirikan masjid, mushala, atau fasilitas lain yang berkaitan dengan ibadah.
“Kami siap membantu pengukuran arah kiblat secara gratis jika dibutuhkan, agar masyarakat dapat beribadah dengan lebih tenang dan sah menurut syariat,” kata Taufik.
Jika bangunan sudah terlanjur berdiri dengan arah kiblat yang salah, ia menyarankan agar penyesuaian dilakukan pada posisi shaf jemaah, tidak lagi mengikuti orientasi bangunan.
ARAH KIBLAT SYARAT SAH SHALAT
Penelitian ini dilandasi oleh prinsip dasar dalam fikih Islam, bahwa menghadap kiblat adalah syarṭun min syurūṭi ṣiḥḥatiṣ-ṣalāh (syarat sahnya shalat). Taufik mengutip beberapa dalil pendukung, di antaranya sabda Rasulullah dalam hadits riwayat Bukhari: “Apabila kalian mendirikan salat maka berwudhulah dengan sempurna kemudian menghadaplah ke kiblat.”
Ia juga merujuk Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 144: “Hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram…” serta hadits riwayat Ahmad tentang Nabi yang menunjuk langsung ke Ka’bah sambil bersabda, “Inilah kiblat.”
“Jadi kiblat itu bukan sekadar arah barat, tapi harus benar-benar ke Ka’bah,” tutup Taufik. (*)
Editor: Ruslan Sangadji

Tinggalkan Balasan