MENGAJAR TANPA BERHARAP

Guru Tua saat mengajar di zaman itu, kata Habib Saggaf, mengajarkan tentang cinta Tanah Air. Mengajarkan tentang nasionalisme. Buku yang digunakan mengajar itu adalah kitab tentang jihad tentang melawan penjajahan.

Habib Saggaf menjelaskan, Habib Idrus waktu mengajar di tahun 1930-an, waktu itu masih di zaman penjajahan Jepang, sehingga  tidak ada bantuan sama sekali dari pemerintah. Sekarang sudah dalam keadaan merdeka, dan pemerintah telah memberikan bantuan yang banyak buat Alkhairaat.

“Oleh karena itu, kewajiban kita harus menghidupkan pendidikan Alkhairaat, baik gubernur, bupati, camat dan para kepala desa harus memerhatikan Alkhairaat. Jangan tinggalkan Alkhairaat,” tegas Habib Saggaf.

Guru Tua saat mengajar di zaman itu, kata Habib Saggaf, mengajarkan tentang cinta Tanah Air. Mengajarkan tentang nasionalisme. Buku yang digunakan mengajar itu adalah kitab tentang jihad tentang melawan penjajahan.

“Buku itu kemudian disita oleh Jepang dan menganggap Alkhairaat sangat berbahaya sebab telah menanamkan semangat perlawanan terhadap pendudukan Jepang.

Akhirnya penjajah Jepang menutup Alkhairaat selama tiga tahun. Tapi selama itu pula, Guru Tua tetap mengajar secara diam-diam,” jelas Habib Saggaf mengisahkan perjuangan Guru Tua mengembangkan Alkhairaat dan melawan penjajahan.

“Jadi, janganlah kita meninggalkan Alkhairaat,” kata Habib Saggaf mengakhiri pidatonya pada Haul Guru Tua virtual itu.

Pantauan kaidah.id jamaah yang mengikuti Haul Guru Tua secara online itu, selain dari Indonesia, juga abnaulkhairaat dari negara-negara sahabat. Yang sempat terpantau mereka yang berasal dari Malaysia dan Brunei Darussalam. (ochan)