LANGIT INDONESIA sempat kelam. Jalanan dipenuhi teriakan massa, gas air mata menyesakkan napas, dan bara amarah menorehkan luka di wajah bangsa. Namun dari balik kabut yang menghitam, api keyakinan tetap berkobar, negeri ini tidak akan runtuh. Indonesia akan bangkit kembali, bahkan lebih gagah, lebih perkasa daripada sebelumnya.

Sejarah selalu menguji kita. Kita pernah terhuyung saat krisis ekonomi menghantam dapur-dapur rakyat. Kita pernah terbelah dalam perpecahan politik, bahkan nyaris tercerai berai dalam konflik horizontal. Namun berkali-kali pula, kita bangkit. Indonesia adalah bangsa yang menolak menyerah. Gelombang boleh mengguncang, tetapi tekad rakyat senantiasa lebih membaja.

Kerusuhan bukanlah akhir. Justru dari riuh yang memekakkan telinga itu, lahir kesadaran baru, panggilan untuk merajut kembali persaudaraan yang koyak, untuk memperkuat simpul persatuan yang sempat merenggang. Luka, betapa pun pedihnya, adalah guru yang paling jujur.

Namun luka itu begitu nyata. Beberapa nyawa melayang sia-sia, menjadi korban amarah yang membabi buta. Api membakar fasilitas umum, meninggalkan arang hitam di gedung-gedung yang dulu berdiri tegak.

Lebih getir lagi, rumah para tokoh menjadi sasaran. Pintu-pintu didobrak, lemari diacak-acak, perabot berhamburan. Foto keluarga yang sempat terpajang di ruang tamu kini tergeletak di lantai, terinjak debu dan serpih kaca. Penjarahan itu bukan sekadar kehilangan harta, melainkan robeknya rasa aman yang selama ini dijaga.

Dari peristiwa itu kita belajar, bahwa amarah tanpa kendali, melahirkan bara yang membakar rumah sendiri.

Bangsa ini harus meneguhkan kembali batas antara aspirasi dan anarki, antara protes dan perusakan. Sebab tanpa itu, yang lahir hanyalah luka baru yang menambah perih bangsa.

GOYAH TAPI TAK RUNTUH

Di tengah gemuruh itu, Presiden Prabowo Subianto berdiri tegak. Sikapnya jelas, tidak ada kompromi dengan korupsi, tidak ada ruang bagi mafia, tidak ada tunduk kepada ketakutan. Suaranya lantang, dan lantang itu bukan sekadar retorika, melainkan janji yang dipatri untuk menjaga kedaulatan bangsa.

Banyak yang menyebut gaya kepemimpinannya keras. Namun di balik itu, bersemayam tekad, agar Indonesia tak lagi menjadi bangsa yang dipermainkan kepentingan sempit. Ia memilih berada di garis depan, bukan semata sebagai presiden, melainkan sebagai seorang pemimpin yang mengulurkan tangan kepada rakyatnya.

Prabowo tahu, setelah asap reda, yang tersisa adalah pekerjaan besar, menyatukan hati yang retak, mengobati luka sosial, dan membangun kembali kepercayaan yang sempat runtuh.

Indonesia akan baik-baik saja. Bahkan lebih dari itu, ia akan ditempa menjadi bangsa yang lebih tangguh. Kerusuhan yang sempat mengguncang, hanyalah serpih dari jalan panjang menuju kedewasaan demokrasi.

Seperti baja yang dibakar api, Indonesia sedang ditempa agar tak mudah rapuh. Kepemimpinan yang tegas adalah jangkar, agar kapal besar bernama Indonesia tidak terseret ombak.

Kelak, ketika kita menoleh ke belakang, momen ini tak lagi tampak sebagai titik lemah. Ia akan tercatat sebagai tonggak kebangkitan.

Dari riuh kerusuhan, lahir kesadaran bersama; dari keberanian seorang pemimpin, tumbuh optimisme baru yang menyinari langkah bangsa.

Namun kepemimpinan sekuat apa pun, takkan berarti tanpa rakyat yang mendukungnya. Pemerintah dan rakyat harus beriringan, saling menopang, agar pembangunan merata, agar kesejahteraan menjadi milik bersama, bukan hanya segelintir.

Generasi muda pun menjadi tiang harapan. Dengan semangat belajar, daya juang, dan kreativitas yang tak kenal batas, mereka adalah motor perubahan. Di pundak merekalah cita-cita Indonesia bertumbuh, melahirkan negeri yang kian disegani dunia.

Kerusuhan yang baru saja kita lalui juga memberi pelajaran pahit namun berharga, komunikasi, keterbukaan, dan keadilan sosial tak boleh lagi diabaikan. Ketidakpuasan yang dibiarkan berlarut hanya akan menyulut bara. Karena itu, pembangunan harus merangkul semua, tanpa kecuali.

Dan di atas segalanya, bangsa ini harus kembali meneguhkan Pancasila. Ia bukan sekadar simbol di dinding, melainkan kompas yang menuntun arah di tengah arus globalisasi. Persatuan dalam keberagaman adalah fondasi yang harus selalu dirawat, agar Indonesia tetap berdiri tegak, kokoh di antara guncangan zaman.

Pada akhirnya, kerusuhan hanyalah satu bab dari sejarah panjang bangsa, bukan noda abadi, melainkan pengingat bahwa kebangkitan selalu lahir dari ujian. Dengan tekad bulat, dengan kepemimpinan yang berani, dan dengan persatuan rakyat, Indonesia akan melangkah ke depan dengan keyakinan yang lebih utuh.

Indonesia adalah bangsa yang besar. Ia boleh goyah, tetapi tidak akan runtuh. Ia boleh diterpa badai, tetapi selalu menemukan jalan menuju cahaya. Dan di bawah kepemimpinan yang tegas, bangsa ini akan membuktikan, masa depan Indonesia jauh lebih cerah daripada masa lalu yang penuh luka. (*)

Wallahu a’lam.