Ia juga menegaskan tekadnya, untuk melanjutkan program dan kebijakan kepemimpinan sebelumnya dengan prinsip flexible learning process but credible graduate with high integrity (Proses pembelajaran yang fleksibel, tetapi menghasilkan lulusan yang kredibel dengan integritas tinggi).

Dalam masa kepemimpinannya, Prof. Asep akan menaruh perhatian besar pada penguatan budaya digital (digital culture), pola pikir digital (digital mindset), dan kesadaran digital (digital awareness).
“Teknologi harus digunakan dengan kebijakan dan kebijaksanaan,” pesannya.
Terkait perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), ia menegaskan, AI merupakan alat yang efisien dan produktif, namun bisa berdampak negatif bila disalahgunakan.
“Mahasiswa harus menjaga autentisitas, integritas, dan orisinalitas berpikir. AI seharusnya memperkuat kreativitas manusia, bukan menggantikannya,” tegasnya.
Prof. Asep juga menekankan pentingnya keseimbangan antara hard competence, seperti penguasaan teknologi dan profesionalisme, dengan soft competence yang mencakup nilai kemanusiaan dan moralitas.
Sebagai penutup, ia menegaskan bahwa nilai dasar UICI akan tetap berpijak pada tiga pilar HMI: keislaman, keindonesiaan, dan keilmuan. (*)
(Ruslan Sangadji)

Tinggalkan Balasan