JAKARTA, KAIDAH.ID – Koordinator Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Rifqinizamy Karsayuda, melantik Prof. Asep Saefudin sebagai Rektor Universitas Insan Cita Indonesia (UICI), menggantikan Prof. Dr. Laode Masihu Kamaluddin, M.Sc., M.Eng. Prosesi pelantikan berlangsung secara hybrid pada 12 November 2025.
Pelantikan ini turut dihadiri sejumlah tokoh penting, antara lain Wakil Menteri Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Viva Yoga Mauladi, Ketua Dewan Penyantun UICI Burhanuddin Abdullah, Anggota Dewan Penyantun sekaligus Wakil Ketua Dewan Pengawas Danantara Muliaman Hadad, serta Ketua Majelis Pendidikan Tinggi KAHMI Prof. Siti Zuhro.
Dalam sambutannya, Prof. Asep Saefuddin menekankan pentingnya peran sains dan teknologi digital, dalam menghadapi tantangan global yang terus berkembang.
“Dunia kini telah dikuasai oleh kemajuan sains dan teknologi digital. Teknologi telah memasuki seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya teknologi digital,” katanya.
Menurutnya, para cendekiawan memiliki tanggung jawab besar dalam membangun ekonomi berbasis inovasi dan teknologi. Ia menilai ilmu pengetahuan dan teknologi digital harus menjadi fondasi utama kemajuan bangsa.
“UICI sebagai universitas digital, memiliki tanggung jawab untuk melahirkan generasi yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman, dan membawa nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap inovasi,” ucapnya.
Komitmen Lanjutkan Visi UICI
Sebagai rektor baru, Prof. Asep berkomitmen memperkuat identitas UICI sebagai universitas digital tanpa batas, dengan jargon Reaching the Unreachable (menjangkau yang tak terjangkau).
Ia juga menegaskan tekadnya, untuk melanjutkan program dan kebijakan kepemimpinan sebelumnya dengan prinsip flexible learning process but credible graduate with high integrity (Proses pembelajaran yang fleksibel, tetapi menghasilkan lulusan yang kredibel dengan integritas tinggi).

Dalam masa kepemimpinannya, Prof. Asep akan menaruh perhatian besar pada penguatan budaya digital (digital culture), pola pikir digital (digital mindset), dan kesadaran digital (digital awareness).
“Teknologi harus digunakan dengan kebijakan dan kebijaksanaan,” pesannya.
Terkait perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), ia menegaskan, AI merupakan alat yang efisien dan produktif, namun bisa berdampak negatif bila disalahgunakan.
“Mahasiswa harus menjaga autentisitas, integritas, dan orisinalitas berpikir. AI seharusnya memperkuat kreativitas manusia, bukan menggantikannya,” tegasnya.
Prof. Asep juga menekankan pentingnya keseimbangan antara hard competence, seperti penguasaan teknologi dan profesionalisme, dengan soft competence yang mencakup nilai kemanusiaan dan moralitas.
Sebagai penutup, ia menegaskan bahwa nilai dasar UICI akan tetap berpijak pada tiga pilar HMI: keislaman, keindonesiaan, dan keilmuan. (*)
(Ruslan Sangadji)

Tinggalkan Balasan