“Kita harus bisa berkolaborasi dengan parapihak, untuk dapat mengatasi lonjakan kasus Covid-19,” begitu yang disampaikan Gubernur dalam rapat koordinasi yang diikuti oleh pemda kabupaten/kota se-Sulteng.

PALU, KAIDAH.ID – Penyebaran Covid-19 di Kota Palu, Sulawesi Tengah, sangat mengkhawatirkan. Data dari Pusdatina Covid-19 Provinsi Sulawesi Tengah per 29 Juli 2021 menyebutkan,  lebih kurang 912 orang yang sedang dirawat di sejumlah rumah sakit di kota itu, karena positif. Sedangkan yang  isolasi mandiri atau isoman lebih kurang 637 orang. Secara keseluruhan pasien positif Covid-19 di Sulteng, tercatat lebih kurang 5.800 orang,

Kondisi ini kemudian menempatkan Provinsi Sulawesi Tengah berada di posisi ke 15 sebagai daerah yang paling banyak pasien positif Covid-19 di Indonesia.

Sejumlah rumah sakit milik pemerintah, tidak mampu lagi menampung pasien korona. RSUD Anutapura Palu, terpaksa menggunakan Asrama Haji untuk merawat pasien positif dengan gejala sedang, sedangkan yang gejala berat, tetap dirawat di ruangan central penanganan Covid-19 di rumah sakit milik Pemerintah Kota Palu itu.

Di RSUD Undata Palu, pun demikian adanya. Seluruh ruangan yang digunakan untuk merawat pasien Covid-19, tak lagi mampu menampung pasien. Manajemen rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Sulteng itu, terpaksa menggunakan tenda BNPB di halaman, agar dapat merawat pasien.

Di Rumah Sakit Madani Palu, sebagai rumah sakit pusat rujukan Covid-19 di Provinsi Sulteng, kondisinya juga sama. Pasien yang membludak, memaksa pihak manajemen rumah sakit milik Provinsi Sulteng itu, merawat pasien di ruangan IGD, di tenda, bahkan mengadakan kasur baru agar dapat melayani pasien. Meskipun pasien itu tidak lagi mendapatkan kamar.

Di Kabupaten Sigi, kabupaten terdekat dengan Kota Palu, terpaksa harus menggunakan Wisma Alam Raya di Kota Palu, agar dapat melayani pasien Covid-19 dengan gejala ringan dan sedang. Itu juga dilakukan, karena rumah sakit di Sigi tak mampu lagi menampung pasien.

Bupati Sigi, Mohammad Irwan mengatakan, pihaknya menggunakan Wisma Alam Raya di Palu, karena mendapat dukungan dari  Gubernur Sulteng. Wisma Alam Raya digunakan, karena rumah sakit rujukan penanganan Covid telah penuh dan tidak lagi dapat menampung pasien.

Di wisma itu, Pemkab Sigi menyiapkan tenaga medis meliputi dokter, tenaga perawat, tenaga pengamanan, apoteker, sanitarian dan ahli nutrisi untuk membantu merawat pasien Covid-19.

Sedangkan di Parigi Moutong, pemerintah setempat sedang berupaya menambah  kapasitas gedung RSUD Anuntaloko untuk perawatan pasien yang tertular Covid-19. Itu dilakukan, karena penyebaran virus corona semakin meningkat.

Pemkab Parigi Moutong juga mengaktifkan kembali Asrama Pendidikan dan Pelatihan yang sebelumnya pernah digunakan sebagai gedung isolasi khusus pasien corona.

Gubernur Sulawesi Tengah, Rusdy Mastura terus mengajak  semua pihak agar dapat bekerja sama membantu Pemprov Sulteng mencegah penyebaran dan penularan Covid-19 di daerah tersebut.

“Kita harus bisa berkolaborasi dengan parapihak, untuk dapat mengatasi lonjakan kasus Covid-19,” begitu yang disampaikan Gubernur dalam rapat  koordinasi yang diikuti oleh pemda kabupaten/kota se-Sulteng.

Gubernur Cudy — sapaan akrab Rusdy Mastura mengemukakan hal utama yang perlu dilakukan untuk menekan lonjakan kasus COVID-19, yaitu memperkuat pencegahan di tingkat desa dan kelurahan.

Gubernur juga menginginkan agar puskesmas di tingkat kecamatan dioptimalkan fungsinya dalam pencegahan dan penanganan pasien COVID-19. Itu menjadi penting, agar tidak terjadi penumpukan pasien di rumah sakit rujukan.

Meski Gubernur sangat menyadari, Puskesmas hanya dapat menangani pasien posittif Covid-19 dengan gejala ringan. 

“Tetapi itu menjadi penting. Kita harus bergerak serentak, mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa dan kelurahan,” sebutnya.

Pemasangan tenda darurat di halaman RSUD Undata Palu untuk merawat pasien Covid-19 | Foto: istimewa

Meski kondisi Sulteng sedang tidak baik-baik saja, tetapi Gubernur Cudy mengajak semua pihak agar tidak boleh panik. Seluruh kepala daerah harus berani mengambil resiko untuk menyelamatkan rakyatnya.

“Pemimpin itu harus berani ambil risiko apapun. Yang terburuk sekalipun, pemimpin itu harus berani,” tegas Cudy.

Ketua DPRD Sulteng, Nilam Sari Lawira sependapat dengan Gubernur. Dia juga menyoroti soal kelangkaan oksigen di sejumlah rumah sakit. Lantaran itu, dia mendesak Gubernur Cudy, agar   agar dapat meminta bantuan oksigen dari PT IMIP di Morowali, untuk menutupi kelangkaan oksigen di rumah sakit.

Pun halnya soal dana insentif kepada para tenaga kesehatan. Ketua DPRD Sulteng mendesak, ahar dana itu segera dicairkan dan dibayarkan kepada nakes.

“Itu juga penting sebagai wujud dari tanggung jawab pemerintah, sekaligus dapat memotivasi tenaga kesehatan yang telah bekerja keras selama ini,” tandas Nilam Sari. *