Ketua Utama Alkhairaat, Al Habib Saiyid Saggaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim Aljufri, telah tiada. Sang guru mulia itu telah syahid pada Selasa, 3 Agustus 2021 dan dimakamkan pada Rabu, 4 Agustus 2021 siang kompleks pemakaman keluarga di Masjid Alkhiaraat, Palu.
Banyak kenangan yang para murid dengan Al Habib. Salah satunya adalah Sofyan Arsyad, mantan wartawan Alkhairaat yang kini bekerja di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tengah.
Bagi Sofyan Arsyad, siapa saja yang pernah bertemu dan mengenal Al Habib Saggaf, pasti menyimpan kesan dan kenangan yang sulit dilupakan. Ketika itu, Kamis, 3 Juli 1997, saat melintas di Jalan SIS Aljufri, ia melihat Al Habib Saggaf berdiri di depan Koperasi Alkhairaat (sekarang Swalayan Alkhairaat).
Sangat Kebetulan saya bertemu, dan langsung mendekat. Rugi rasanya bila bertemu dan tak mencium tangan Al Habiib nan lembut itu. Anies Baswedan pun mengakui itu dalam kiriman video duka citanya.
Sofyan mendekat dan menyampaikan maksudnya. “Ustadz (sapaan akrab kami), mudah-mudahan ustadz tidak berhalangan hadir Jumat besok di akad nikah saya,” kata saya kala itu.

Al Habib terlihat kaget. Seketika saya diperintahkan ke rumah ustadz Anshar Ismail Zain (almarhum) di Perumnas Balaroa.
“Sekarang ente ke sana. Minta beliau sampaikan salam dan permohonan maaf saya kepada Bupati Donggala, H. Syahbuddin Labadjo. Saya tetap akan ke sana di lain waktu,” perintah Al Habib Saggaf waktu itu.
“Untung kita ketemu dan ente ingatkan saya,” sambung Al Habib.
Ternyata Al Habib lupa, kalau beliau pernah berjanji akan menikahkan saya sehingga Al Habib menerima undangan jamuan makan di villa Bupati Sahabuddin Labadjo di Desa Enu. Waktunya sama, Ba’da Jumat.
Setelah pesan Al Habib disampaikan kepada Ustadz Anshar, niatpun akhirnya berubah. Ustadz Anshar akhirnya ikut bersama Al Habib Saggaf ke akad nikah saya.
“Saya juga ikut Habib ke akad nikah ente,” kata Ustadz Anshar ketika itu. Bahagia sekali rasanya.
Keteguhan Habib memegang janji, sesuatu yang langka kita temui di zaman ini. Al Habib Saggaf rela membatalkan undangan seorang pembesar negeri (Bupati), demi menepati janjinya yang sudah lebih awal disampaikan. Padahal, itu hanya janji kepada seorang jurnalis, yang notabene bawahannya di Tabloid MAL (sekarang Media Alkhairaat). Ketika itu, Al Habib Saggaf adalah Pemimpin Umum Tabloid MAL.
Di mata Al Habib, semua orang dipandang sama. Tak memilih penguasa atau rakyat biasa. Kami kerap merasa diperlakukan seperti anak sendiri.
Jumat, 4 Juli 1997, Al Habib bukan sekadar hadir saat memimpin ijab Kabul. Beliau bahkan berdiri tepat di samping saya, seperti orang tua yang mengantar anak kandungnya saat dijemput oleh orang tua mempelai wanita.
Dan saya tak sendiri. Sofyan Bachmid, serta Marwan Mpa dan Joko Hariyanto yang tak lama berselang menikah pula, ikut merasakan kehangatan dan jiwa kebapakan Al Habib Saggaf pada detik-detik peristiwa sakral kami.
Berkah Habib, Alhamdulillah prosesi ijab kabul berbahasa Arab lancar kami lalui.
Terima kasih Habib. Kenangan ini takkan pernah saya lupakan. Allahummagfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu. Innalillahi wainna ilaihi raji’un. *

Tinggalkan Balasan