Kemudian, Pallo menginisiasi sebuah proyek bernama Man, sebuah proyek solo yang menggambarkan idealismenya dalam bermusik, sembari menggali akar budaya leluhurnya, mengenalkan Bahasa Kaili (bahasa lokal Lembah Palu) dalam aransemen musik reggae.
Di Proyek Man, Pallo dibantu beberapa musisi seperti gitaris Didit Saad, Ridho Hafiedz, Estu Pradhana (keyboard), Fendy Rizk (contra bass dan cello), Masanies, Conrad CGV, Rama Moektio, Disto Percussion, dan duet musisi Prancis Nita Artsen dan Jean Sebastian.
Pada silaturahmi virtual itu, Pallo menghibur para nakes dan Relawan RoaJagaRoa dengan single Nemo. Tidak hanya menghibur, Pallo juga mau menyapa para nakes dan berterima kasih atas kerja-kerja mereka yang mengawal pasien Covid-19.
Kikan, yang bernama asli Namara Surtikanti, adalah mantan vokalis dari sebuah grup musik bernama Cokelat. Kikan membentuk Band Cokelat pada 25 Juni 1996 bersama Ervin (drum), Ernest (gitar), Ronny (bass) dan Edwin (gitar).
Kikan, dalam silaturahmi virtual itu mengaku sebagai seorang penyintas Covid-19. Ia tahu betul bagaimana kerja dan perjuangan para nakes yang membantunya saat ia terkonfirmasi positif Covid-19.
“Setelah saya sembuh dan dinyatakan negatif Covid-19, kemudian 13 keluarga saya semuanya terpapar. Ada kesedihan, tapi ada juga harapan besar saya, karena bantuan dari dokter dan nakes terhadap saya dan keluarga. Terima kasih para nakes di Palu dan di seluruh Indonesia,” kata Kikan.
Kikan kemudian menyapa para dokter, nakes dan seluruh Relawan RoaJagaRoa dengan lagunya Bendera dan dua kali membawakan lagu Nemo milik Pallo.
“Ternyata lebih bagus lagu itu dibawakan Kikan daripada Rival (Pallo),” seloroh Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DamkarMat) Kota Palu, Sudaryano Lamangkona.
Tinggalkan Balasan