Prof Khairil yang saya hormati, Inilah situasi kamar isolasi terpusat bagi mereka yang terkonfirmasi positif di Bapelkes Palu.

Tahukah Prof, meskipun Bapak seorang Profesor, tapi saya yakin Bapak bukanlah profesor di bidang kesehatan. Pun halnya saya, bukan seorang ahli kesehatan. Saya hanya seorang jurnalis, relawan yang membantu pemerintah menangani Covid-19 dan kadang-kadang menjadi da’i, kadang-kadang pula menjadi guru mengaji bagi anak-anak.

Tahukah Bapak, jika Bapak terkonfirmasi positif kemudian Bapak dirawat dengan protokol kesehatan dan tindakan medis yang benar, yakinlah Bapak akan lebih cepat sembuh daripada Bapak harus isoman di rumah.

Pak Prof yang saya hormati, saya berkeyakinan, kebijakan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palu untuk menutup sementara akses ke Perumahan Dosen, adalah kebijakan mulia, karena menyayangi rakyatnya. Bukan sebaliknya.

Oleh karena itu, Pak Prof, saya juga berkeyakinan, mereka yang memilih eksodus ke hotel, justru tidak nenyayangi diri sendiri, keluarga, petugas hotel dan masyarakat sekitar. Yakinkah Bapak, mereka yang ke hotel itu tidak membawa virus? Tidak menjadi penyebar virus?

Pak Prof yang saya hormati, dua sahabat Bapak yang juga senior, guru, dosen dan saudara kami, Bapak Doktor Mauled Mulyono, Bapak Doktor Andi Pasinringi dan Bapak Irwan Karim, sebelumnya memilih isoman di rumah.

Nanti sudah sangat kepayahan, karena saturasi sudah sangat menurun, barulah koleganya meminta kami, para relawan yang bekerja membantu pemerintah dalam penanganan Covid-19 di Kota Palu berupaya mengevakuasi ke rumah sakit.

Tapi apa yang terjadi Pak Prof. Beliau-beliau yang kami sayangi itu pergi selamanya mendahului kita semua.

Pak Prof yang saya hormati, tak ada satupun makhluk yang dapat menentang takdir Tuhan, tapi kami juga diajarkan untuk berikhtiar.

Wallahu a’lam, jika saja beliau-beliau yang sudah mendahului kita itu, sejak awal sudah dirawat di rumah sakit, dan tidak isoman sampai sudah kepayahan baru ke rumah sakit, mungkin saja kisahnya akan berbeda.

Pak Prof Khairil yang saya hormati. Di situasi sekarang ini, bukanlah saatnya berpolemik dengan kebijakan pemerintah mengenai penanganan Covid-19, tetapi saatnya kita Baku Bantu dan Bukan Baku Bantah seperti tagline dan prinsip kerja kawan-kawan kami di Relawan Roa Jaga Roa.

Prof yang saya hormati. Ada senior dan juga kawan saya, namanya Azhar Hasyim, dia salah seorang petinggi di PT Donggi Senoro, dia memilih isolasi mandiri di rumah. Sehari kemudian, dia sadar, tak bisa isolasi di rumah dalam kondisi dirinya yang sedang dibedil Covid-19. Dia yakin akan menularkan virus gila itu kepada keluarganya. Dia tidak mau mati, karena merawat diri sendiri atau dirawat keluarganya di rumah. Sebab, dia dan keluarganya tak punya pengetahuan medis seperti dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya.

Pak Prof yang saya hormati, kawan saya itu kemudian menghubungi Relawan Roa Jaga Roa agar mengevakuasi dia bersama istrinya ke Bapelkes.

Dan Pak Prof  tahu apa yang terjadi, dua hari kemudian, kawan saya itu sudah bisa tertawa, bisa bercanda dan pikirannya lebih tenang. Sekarang, dia sudah sembuh dan sudah kembali ke rumahnya.

Pak Prof yang terhormat, Corona Virus yang menyebar di Palu akhir-akhir ini, adalah varian baru yang disebut dengan Varian Delta. Dari hasil pemerikasaan sampel spesimen Covid-19 dengan Whole Genome Seguincing (WGS) pada Laboratorium Puslitbang Kesehatan di Jakarta, dari  30 sampel spesimen, ditemukan 19 spesimen di antaranya adalah jenis Virus Corona Varian Delta.

Varian ini sangat mudah menular dan gejala yang sangat berat. Saya salah seorang yang telah merasakan tersiksanya tertular Covid-19 varian baru itu. Siksanya lahir batin, Prof. Jadi, benarlah adanya kebijakan Pemkot Palu yang menutup sementara akses dari dan ke Perdos itu. Kebijakan itu justru dapat melindungi diri Bapak, keluraga dan saudara-sadara saya di Perdos. Saya salut dengan kebijakan berani Pemkot Palu itu.

Demikian jawaban saya Al Faqir ini atas surat terbuka dari Prof. Mohon maaf Prof, Al Faqir sudah terlalu lancang. Semoga Prof tetap dalam lindungan Allah. Jangan lupa jaga kesehatan Prof.

Wallahul Musta’an

Salam

Al Faqir Ruslan T. Sangadji