PALU, KAIDAH.ID – Kelompok Peduli Kampus (KPK) Universitas Tadulako (Untad) Palu melaporkan  mantan Rektor Untad, Prof. Basir Ciyo ke polisi, atas dugaan tindakan intimidasi dan provokasi bernuansa SARA yang dilakukan terhadap akademisi cum sekaligus sebagai relawan KPK, Dr. Muhammad Nur Sangadji, DEA.

“Intimidasi dan provokasi bernuansa SARA itu terjadi pada 15 Desember 2021 lalu, dan kami telah melaporkannya ke polisi,” tegas Muhammad Nur Sangadji dalam konferensi pers di Sekretariat Bersama Jurnalis, Jalan Mohammad Yamin Palu, Sabtu, 18 Desember 2021 sore.

Sementara itu, Prof. Jayani Nurdin dalam rilis tertulisnya menjelaskan, saat itu Dr Muhammad  Nur Sangadji sedang bercerita dengan Prof. Syukur Umar di salah satu ruangan di kampus tersebut, datang Prof Basir Ciyo ikut duduk dan menyapa mereka.

Prof. Jayani Nurdin menjelaskan, beberapa saat kemudian, Prof Basir Ciyo beranjak ke ruangan lain. Selang lima menit, ia kembali lagi dan menekan pundak Muhammad Nur Sangadji dalam jarak yang sangat dekat, jarak yang sangat privasi atau individual social space.

Pada saat itu, katanya, Basir Ciyo langsung menginterogasi Muhammad Nur Sangadji tentang jurnal predator dan plagiasi. Basir Ciyo juga mengucapkan kata-kata kasar dan mengancam sambil menyebut nama orang tua Muhammad Nur Sangadji dan kampungnya.

“Ucapan yang tidak pantas disampaikan oleh seorang profesor. Basior Ciyo sudah mempermalukan Muhammad Nur Sangadji di depan kolega sesama senat Untad Palu,” ujarnya.  

Menurut KPK Untad, patut diduga tindakan yang dilakukan Prof. Basir Ciyo itu telah direncanakan sebelumnya. Indikasinya, saat kejadian itu, seseorang bernama Taqyuddin Bakri sengaja mengambil foto tanpa izin, kemudian menyebarkannya di media sosial.

“Kami menilai, tidakan itu juga melanggar Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE),” sebut Prof. Jayani.

Tidak itu saja, menurut KPK Untad, sejumlah dosen Untad Palu juga sering mendapatkan teror dengan narasi kebencian melalui media sosial.  

“Bahkan, pada 12 Juli 2021 lalu, rumah Muhammad Nur Sangadji sampai dilempar orang tak dikenal. Kejadian itu juga telah kami laporkan ke polisi,” kata Prof. Jayani Nurdin.

Teror lain juga disampaikan melalui pesan WhatsApp yang ditujukan kepada Prof Masyahoro, Dr Nisbah, Dr. Muhammad Nur Sangadji dan Muhammad Marzuki.

“Kami menduga, kejadian ini masih satu rangkaian sebab akibat yang sama. Kami meminta agar pihak Polda Sulteng dapat mengungkap motif dan otak di balik semua teror itu,” tandas Prof. Jayani.

Muhammad Basir Ciyo yang dikonfirmasi terpisah mengatakan, dia menyerahkan semuanya kepada publik yang menilai pernyataan tersebut. Yang pasti, semua yang disampaikan Muhammad Nur Sangadji, karena dia selalu menganggap dirinya yang paling benar dan orang lain tidak pernah benar.

“Pak Nur Sangadji itu tidak ada salahnya. Orang lain yang akan selalu salah. Saya tanyakan ke dia mengenai pernyataannya yang berulang-ulang tentang saya dan teman-teman, tapi saya tidak pernah melihat Pak Nur Sangadji itu ada salahnya. Jadi, apa yang dia bilang, sudah itu yang benar. Yang pasti, saya tidak mau ada gesekan dengan orang lain,” jelas Muhammad Basir Ciyo.  (*)