PARIGI, KAIDAH.ID –  Tewasnya salah seorang teroris yang tergabung dalam Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso, pada Selasa 4 Januari 2022, berarti teroris Poso yang masih bersembunyi di hutan tersisa tiga orang lagi.

Mereka adalah Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae alias Galuh alias Mukhlas dan Suhardin alias Hasan Pranata. Berikut profil singkat tiga teroris yang masih tersisa tersebut:

1. Askar alias Jaid alias Pak Guru

Askar alias Jaid alias Pak Guru menjadi buronan Densus 88 Antiteror Polri Polri sejak 2014 silam. Askar adalah lelaki kelahiran 1988 dan lama bermukim di Desa Dumu, Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Dua tahun sebelum menjadi buronan atau Daftar Pencarian Orang (DPO), Askar telah bergabung dengan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) di Bima pada 2012, kemudian memilih hijrah ke Poso untuk memenuhi undangan dari Santoso, yang saat itu sebagai pimpinan MIT.

Sesampainya di Poso, Askar alias Jaid alias Pak Guru bersama dua orang lainnya, yakni Abu Alim alias Ambo dan Nae alias Galuh mulai berlatih ala militer  bersama kelompok teroris Poso tersebut.

Dibanding dua temannya, Askar alias Jaid yang berambut berombak panjang ini, dikenal ahli meracik dan merakit bom.   

2. Nae Alias Galuh alias Mukhlas

Nae alias Mukhlas ini juga berasal dari Desa Dumu, NTB, lahir pada 3 April 1992. Ia juga bergabung dan aktif dengan Jamaah Ansharut Tauhid  pada 2012. Jamaah ini didirikan oleh  Abubakar Ba’asyir, mantan narapidana terorisme 2008.

Nae datang ke Poso dan bergabung kelompok teroris MIT pada 2014, karena diajak temannya yang bernama Abu Alim alias Ambo yang telah tewas tertembak oleh Satgas Madago Raya pada Sabtu, 17 Juli 2021 lalu di Desa Tanah Lanto, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong.

Di Poso, Nae mengikut latihan militer yang dipimpin Santoso di  Tamanjeka, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso. Nae termasuk seorang yang istimewa di kelompok teroris itu, karena jago membaca peta dan menggunakan GPS.  

3. Suhardin alias Hasan Pranata

Suhardin alias Hasan Pranata ini diketahui sebagai orang yang tertua di kelompok teroris MIT saat ini. Pria kelahiran 26 Februari 1985 ini, sebelum bergabung dengan teroris MIT Poso, ia tinggal di Dusun Tanah Takko, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Ia pernah terlibat  kasus kerusuhan Mamasa pada 2004 dan ditangkap dengan tuduhan kepemilikan senjata api dan akhirnya mendekam di penjara.

Setelah hukumannya selesai, Suhardin alias Hasan Pranata hijrah ke Poso dan menetap di Kelurahan Moengko, Kecamatan Poso Kota, Kabupaten Poso. Ia kemudian memilih bergabung dengan kelompok MIT saat dipimpin Santoso pada 2012.

Kini, ketiga teroris MIT Poso itu masih dalam pengejaran Satgas Madago Raya. Kapolda Sulteng, Irjen Pol Rudy Sufahriadi mengimbau agar ketiganya dapat menyerahkan diri kepada Satgas Madago Raya. (*)