PESAWAT itu sedang mengudara menuju Bandara Mutiara SIS Aljufri Palu. Seorang anak muda bernama Sunan, menjadi seorang di antara para penumpang di pesawat tersebut. Dia datang ke Palu, hendak menemui seorang gadis yang sudah ditaksir sebelumnya.

Tiba di Palu, Sunan langsung menemui gadis pujaan hatinya itu untuk mengungkapkan isi hatinya. Namun apa hendak dikata, gadis itu menolak cinta Sunan. Tak mau kecewa, Sunan berangkat ke Tinombo di Parigi Moutong. Beberapa saat kemudian, Sunan kembali ke Palu dan membawa sebuah cincin emas untuk diserahkan kepada gadisnya itu.

Begitulah kira-kira sepenggal kisah tentang Tombolotutu yang akan terekam dalam sebuah lakon film berjudul Cincin Emas dari Tinombo. Film tersebut akan diproduksi oleh Mahaswara Indonesia, sebuah lembaga yang belum ini didirikan oleh beberapa orang Palu di Jakarta dan Palu seperti Budi ACe, Fahri Timur, Suprianus Kandolia, Aslamuddin Lasawedy dan beberapa orang lainnya.

PAHLAWAN NASIONAL TOMBOLOTUTU – Plt Sekprov Sulteng, Faisal Man (batik korpri celana hitam)g, Anggota DPRD Sulteng Fraksi Gerindra, Alimuddin Pa’ada (kemeja putih) dan seorang di antara para ahli waris Tombolotutu, Andi Mulhanan Tombolotutu (kemeja batik) saat menggantung foto Tombolotutu, Pahlawan Nasional di Museum Sulteng , Senin, 17 Januari 2022 | Foto: Ochan/Kaidah

Budi ACe yang nantinya menjadi penulis naskah film perjuangan Tombolotutu itu mengatakan, film garapan Mahaswara Indonesia ini harus lebih ngepop sehingga dapat diterima oleh kelompok milenial. Itu menjadi cara dia untuk menanamkan nilai-nilai perjuangan dan kepahlawanan Tombolotutu, Pahlawan Nasional pertama dari Sulawesi Tengah.

“Saya punya cara sendiri menanamkan nilai-nilai kepahlawanan Tombolotutu kepada kaum milenial. Populasi mereka lebih dari 50 persen dari penduduk Indonesia. Maka film Tombolotutu sedapat mungkin menyasar kelompok  milenial itu,” jelas Budi ACe usai Seminar Penanaman Nilai-nilai Kepahlawanan Nasional Tombolotutu Melaui Muatan Lokal, Senin, 17 Januari 2020 di Museum Nasional Sulteng, di Palu.

Menurut mantan asisten Desy Ratnasari itu,  Tombolotutu tidak hanya sekadar Pahlawan Nasional dai Sulteng, tetapi Tombolotutu adalah sebuah value yang harus dapat diajarkan diimplementasi oleh generasi muda dalam kehidupan keseharian. 

“Cincin Emas dari Tinombo, sebuah karya film yang dapat menjadikan generasi  muda dan masyarakat Sulawesi Tengah mengenang kisah perjuangan dan nilai kepahlawanan Tombolotutu.

“Insya Allah, kita akan usahakan agar film Cincin Emas dari Tinombo itu dapat selesai digarap dan rilis pada 2022 ini,” kata mantan penyiar Nebula itu.

Seorang ahli waris Tombolotutu, Andi Mulhanan Tombolotutu mengatakan, Tombolotutu bukan lagi milik keluarga tetapi sudah menjadi milik Indonesia. Lantaran itu, siapapun berhak menjadikan Tombolotutu untuk penamaan nama tempat, nama jalan atau apa saja yang positif, tidak menjadi masalah.

“Silakan saja. Ketika negara telah menganugerahkan Tombolotutu sebagai Pahlawan Nasional maka itu berarti Tombolotutu telah menjadi milik Indonesia. Mau dibuatkan film disilakan, mau dibuatkan buku disilakan, karena Tombolotutu bkan lagi milik keluarga,” katanya. (*)