“Saya mundur dari dunia kampus. Saya berhenti mengajar, karena saya takut jika ada mahasiswa yang bertanya: Ibu ngajar entrepreneurship kepada kami, tapi ibu punya usaha apa sih?’. Benar, saya takut dengan pertanyaan itu dari mahasiswa,” kata Asty.
SIANG ITU, LANGIT DI KOTA PALU GELAP. Jarak pandang sangat terganggu bagi pilot untuk mendaratkan pesawat di Bandara Mutiara SIS Aljufri Palu. Benar saja, dari pengeras suara, terdengar suara dari petugas bandara, kalau Pesawat Garuda dari Makassar tujuan Palu mengalami keterlambatan hingga lebih jam lima lebih 47 menit.
Tiba waktunya, Pesawat Garuda dari Makassar telah landing di Bandara Mutiara SIS Aljufri. Para penumpang mulai turun dan keluar dari terminal menuju mobil yang menjemput. Seorang parempuan berjilbab datang menghampiri representan perusahaannya di Palu. Perempuan berjilbab itu bernama Asty. Ia datang ke Palu bersama dua petinggi perusahaannya yang dipimpinnya.
Asty, sebelumnya adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dia mengajar mata kuliah entrepreneurship.11 tahun lamanya dia menjadi akademisi di perguruan ternama di Indonesia tersebut. Dan akhirnya memilih mundur sebagai dosen.
“Saya mundur dari dunia kampus. Saya berhenti mengajar, karena saya takut jika ada mahasiswa yang bertanya: Ibu ngajar entrepreneurship kepada kami, tapi ibu punya usaha apa sih?’. Benar, saya takut dengan pertanyaan itu dari mahasiswa,” kata Asty.
Ketakutan Mbak Asty — begitu ia disapa — dengan pertanyaan yang belum pernah disampaikan mahasiswa itu, sampai membuatnya bingung. Ia berpikir, jika benar ada pertanyaan seperti itu, ia pasti malu.
Akhirnya, Asty memilih “vaya con dios” cari kesibukan lain. Ia harus menjadi penggerak ekonomi di masyarakat. Ia harus membantu masyarakat agar bisa berdaya. Ia harus tumbuh bersama masyarakat agar kuat secara ekonomi.
Mantan dosen UI itu kemudian menjadi penjual ayam. Bukan dalam jumlah banyak, tetapi ia mulai dari yang kecil-kecil di sekitar kompleks tempat tinggalnya. Banyak peminat, ia kembangkan lagi usahanya di penggemukan sapi. Belum puas dengan usaha itu, Asty merambah ke usaha jual beli sayuran dan kebutuhan warga lainnya.
Sampai akhirnya, bersama seorang anak muda lainnya, Asty mendirikan sebuah perusahaan bernama PT. Green Pangan Sejahtera. Dari situlah, usahanya yang sebelumnya hanya bergerak di Depok, Jawa Barat, kini telah merambah hingga ke pulau seberang. Ia membuka cabang di se Jakarta Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), Balikpapan, Makassar dan Ternate.
Kini, Asty telah menjadi seorang miliarder dengan PT Green Pangan Sejahtera yang dibangunnya itu. Bahkan, menurut rencana beberapa tahun ke depan, perusahaan ini akan melakukan Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum di Pasar Saham. Artinya, perusahaan ini menawarkan dan menjual efek-efek yang diterbitkannya dalam bentuk saham kepada masyarakat secara luas atau menjadi perusahaan terbuka (Tbk).
Merambah Sulteng
Sekarang, PT Green Pangan Sejahtera memperpanjang kakinya ke Sulawesi Tengah. Setelah bertemu Gubernur Rusdy Mastura dan Andi Mulhanan Tombolotutu, akhirnya Mbak Asty tetarik berinvestasi di Sulteng.
Perusahaan ini akan membangun cold storage dan warehouse (gudang) di Palu. Tujuannya, agar dapat membeli dan menampung hasil produksi petani di Kota Palu, Sigi, Donggala dan Parigi Moutong. Dengan begitu, ada jaminan pembelian hasil produksi petani dengan harga yang bersaing.
“Tujuan kita bermitra dengan petani di Sulteng, entah itu dalam bentuk koperasi, kelompok usaha atau juga perusahaan lainnya di Sulteng,” kata Asty.
Tidak hanya di Palu, PT Green Pangan Sejahtera juga akan bermitra dengan Pemerintah Kabupaten Sigi. Selasa, 18 Januari 2022, pihak perusahaan ini telah bertemu dengan Bupati Sigi, Mohammad Irwan Lapata dan instansi teknis di kabupaten itu.
Hasil pertemuan itu, Bupati Sigi sangat welcome. Bupati menaruh harapan besar kepada PT Green Pangan Sejahtera dapat membantu rakyat Sigi untuk sejahtera dengan konsep kemitraan yang sudah direncakan.
“Kami punya 75 persen kawasan konservasi. Artinya, masih ada 25 persen lagi kawasan hutan budi daya. Ini yang akan kami kembangkan untuk pertanian. Silakan datang ke Sigi dan kita dapat bekerja sama untuk memberdayakan petani di Sigi,” kata Bupati Irwan Lapata dalam pertemuan yang dipimpin Andi Mulhanan Tombolotutu itu.
Menurut Bupati Sigi, Ibu Kota Negara akan pindah ke Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur. Artinya, Sulawesi Tengah akan menjadi salah satu daerah penyangga bagi ibu kota negara tersebut. Dan Kabupaten Sigi akan menjadi salah satu kekuatan sebagai daerah penyangga.
“Nah, nanti kita tindak lanjuti kerja sama ini. Saya yakin, petani kami akan langsung dapat menikmati hasil kerjanya. Kita akan programkan satu desa tiga hektare lahan pertanian,” jelas Bupati Irwan.
PT Green Pangan Sejahtera juga bertemu dengan komunitas Roa Jaga Roa. Bersama komunitas ini, Mbak Asty mengajak sebagai mitra usaha. Selain menjadi “penjual pangan” juga menjadi penyalur berbagai kebutuhan rumah tangga di masyarakat Kota Palu dengan harga yang terjangkau.
Tidak hanya itu, menurut rencana, PT Green Pangan Sejahtera akan mengembangkan usahanya di Palu hingga pada processing, baik itu untuk pertanian maupun peternakan.
Mbak Asty berharap, usaha yang akan dijalankan dengan konsep tumbuh bersama itu, nantinya dapat berkembang di Sulawesi Tengah, sehingga banyak orang bisa berdaya secara ekonomi. (*)
Tinggalkan Balasan