Sejumlah kalangan menilai, aktivitas DMI Sulawesi Tengah di bawah kepemimpinan Ahmad Ali, tidak terlepas dari peran-peran politiknya sebagai politisi Partai Nasdem.
Seorang warganet menulis status di Facebook menulis: Politik identitas? Politik Sektarian? Hmmmm kemunduran pola pikir dan demokrasi. Kasihan daerahku… generasinya dipertontontonkan dengan hal yang tidak mendidik #politisirame2urusmasjid. Begitu warganet itu menulis status di akun facebook.
Banyak pendapat juga menyatakan, bahwa Ahmad Ali melalui DMI telah mempolitisasi masjid untuk kepentingan politik 2024. Pembicaraan-pembicaraan seperti itu, kerap muncul di komentar-komentar group percakapan.
Wajar saja ada komentar-komentar mempolitisasi masjid melalui DMI, karena publik melihat Ahmad Ali sebagai politisi Partai Nasdem.
Ahmad Ali menanggapi semua diksi itu. Dia menegaskan, masjid jangan dijadikan sebagai sarana atau alat untuk kepentingan politik individu atau kelompok.
“Tugas kita pengurus DMI adalah menjaga masjid agar tidak digunakan sebagai sarana politik,” kata Ahmad M Ali, dalam arahannya pada seremonial pembukaan musyawarah DMI Kabupaten Sigi, yang berlangsung di Sekretariat DMI Sulteng, di Palu, Sabtu 16 April 2022 lalu.
Ahmad M Ali mengatakan, pengurus DMI yang terdiri dari berbagai latar belakang, dapat bersahabat dengan politisi, pengusaha dan elemen apapun.
Namun, kata dia, persahabatan itu jangan sampai berdampak pada pemanfaatan masjid sebagai sarana untuk kepentingan politik individu dan kelompok.
“Saya tegaskan bahwa saya tidak lagi maju sebagai calon legislatif tahun 2024 dari daerah pemilihan Sulteng. Cukup dua periode bagi saya untuk mengabdi kepada masyarakat, jika tiga periode itu bukan lagi mengabdi tetapi mencari,” sebut Ahmad Ali.
Dengan demikian, sebut dia, masjid tidak akan digunakannya untuk kepentingan politiknya sebagai politisi Partai Nasdem.
“Sehingga jika ada informasi yang beredar menyebut saya akan memanfaatkan masjid untuk kepentingan politik, maka itu adalah informasi hoaks,” ujarnya.
Ahmad Ali menegaskan amanah yang diberikan kepada dirinya untuk memimpin DMI, merupakan satu bentuk pengabdian kepada umat.
“Karena itu DMI membutuhkan pengurus yang memiliki hati dan waktu untuk mengabdi kepada umat dan mengembangkan fungsi masjid,” ungkapnya. Wallahu A’lam. (*)
Tinggalkan Balasan