PALU, KAIDAH.ID – Perempuan berpostur tubuh tinggi itu bernama Lisa Herlita. Dia mantan pramugari sebuah maskapai penerbangan plat merah di Indonesia. Selama ini, ia berdomisili di Bogor, Jawa Barat. Tetapi, sejak 1 Desember 2021, ia memilih pindah ke Kota Palu, meninggalkan semua aktivitasnya di Jakarta.
“Saya pindah ke Palu, karena ikut suami saya, Ochan Sangadji,” kata perempuan kelahiran Jakarta, 25 Oktober 1981 itu.
Icha — sapaan akarabnya — selama ini bekerja sebagai pramugari dan kemudian menjadi trainer pramugari. Ia kemudian memilih mengundurkan diri, karena menikah dan pindah ke Palu.
Selama di Palu dan bergaul dengan sejumlah aktivis perempuan di Palu, Lisa Herlita akhirnya berlabuh di Partai Gerindra.
“Saya memilih Partai Gerindra, bukan karena bujukan siapapun, bukan pula karena keinginan suami, tetapi itu murni dari keinginan sendiri. Setelah memilih Gerindra, baru saya mendiskusikannya dengan suami saya dan dia merestuinya,” katanya.
Menurutnya, pilihannya terhadap Partai Gerindra, karena memang sejak di Jakarta dan Bogor, ia sudah sangat suka dengan sosok Prabowo Subianto yang tegas, disiplin dan type orang tua yang penyayang.
Sikap Prabowo Subianto itu juga, kata Lisa Herlita, tercermin pada Ketua DPD Partai Gerindra Sulteng, Longki Djanggola.
“Saya mengenal Pak Longki sejak beliau masih menjabat sebagai Gubernur. Itu juga karena dikenalkan suami saya. Sejak itulah saya mulai tertarik dengan gaya kepemimpinan beliau. Sangat kebapakan. Makanya saya menempatkan diri saya sebagai anak beliau,” akunya.
Lisa Herlita, setelah bergabung di Partai Gerindra, ia kemudian berencana ikut bertarung pada kontestasi politik Pemilu 2024. Ia akan menjadi calon anggota DPRD Kota Palu dari Daerah Pemilih Palu Selatan dan Tatanga.
“Atas saran Pak Longki, insya Allah saya akan maju dari Dapil Palu Selatan dan Tatanga,” ujarnya.
Menurutnya, sebagai pendatang baru di dunia politik, kini ia terus belajar dari pengalaman para tokoh di Palu. Selain dari Longki Djanggola, ia juga menjadikan Andi Mulhanan Tombolotutu sebagai seorang guru politik sekaligus sebagai orang tuanya di Palu.
“Tanpa sepengetahuan beliau-beliau itu, secara diam-diam saya belajar menimba pengetahuan dan pengalaman,” katanya.
IKUT MENDORONG PARTISIPASI PEREMPUAN
Menurut Lisa Herlita, ia memilih menjadi caleg, karena berkeinginan ikut mendorong partisipasi perempuan pada Pemilu 2024.
Menurutnya, keberadaan perempuan di dunia politik, menjadi sangat penting untuk memenuhi kuota 30 persen perempuan di legislatif.
“Bagi saya, ini masih menjadi pekerjaan rumah para aktivis perempuan di Indonesia hingga sekarang, namun, harapan itu belum terwujud sepenuhnya. Kalaupun ada partai yang memenuhi kuota itu, sebetulnya hanya formalitas untuk memenuhi kewajiban sesuai perintah undang-undang saja,” kata dia.
Oleh karena itu, kata Lisa Herlita, partai politik perlu menerbitkan kebijakan atau regulasi internal, dalam penguatan peran perempuan di partai politik.
“Regulasi melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 telah mengatur tentang kuota 30 persen perempuan di legislatif. Maka regulasi tersebut masih perlu diimplementasikan secara internal partai, dengan membuat aturan-aturan yang dapat menerjemahkan secara tegas akan pentingnya kuota 30 persen tersebut,” jelasnya.
Dengan begitu, kata dia, perempuan tidak hanya ditempatkan sebagai pelengkap nomor urut untuk mencapai kuota tersebut tetapi karena memang keharusan yang harus diambil oleh partai politik.
“Nah, saya melihat Partai Gerindra Sulteng, punya niat baik untuk mendorong keterwakilan perempuan. Itulah yang membuat saya tertarik dan mau bergabung,” ujar Wakil Sekretaris DPD Partai Gerindra Provinsi Sulteng ini.
Lisa Herlita menyarankan, partai politik juga dapat membentuk sekolah orasi untuk perempuan, agar dapat menyuarakan aspirasi perempuan di panggung politik, karena sebetulnya, perempuan punya kemampuan menjadi seorang orator di panggung politik.
“Tetapi kemampuan itu belum dikelola dengan baik secara struktural di partai, sehingga belum terimplementasi dengan baik,” tandasnya. (*)
Tinggalkan Balasan