“Teluk Tomini memiliki garis pantai 1.350 kilometer, dengan luas wilayah perairan 137.700 kilometer persegi, dan secara administrasi terdiri dari wilayah Sulteng, Gorotalo dan Sulawesi Utara. 65 persen luas teluk tersebut masuk di wilayah Sulteng,” katanya.
Menurutnya, pengembangan industri perikanan perlu dilakukan desain ulang terhadap pengelolaan sektor ini, maka pendekatan kawasan, penerapan industrialisasi dan digitalisasi menjadi kata kunci terhadap desain ulang itu.
Hasanuddin Atjo menjelaskan, secara nasional, tahun 2021 devisa dari komoditas udang vaname sekitar 2,3 juta dolar Amerika Serikat dari volume ekspor sekitar 250 ribu ton, atau hampir separuh dari devisa ekspor hasil perikanan Indonesia.
“Nah, komoditas ini sekitar 60 persen masih diekspor dalam bentuk bahan baku,” ujarnya.
Dia yakin, produksi udang vaname di Kawasan Teluk Tomini dapat ditingkatkan berlipat ganda, jika melihat perkembangan negara penghasil udang, Ekuador misalnya dengan panjang garis pantai 2.700 kilometer mampu memproduksi udang di tahun 2021 sebesar 1,1 juta ton, atau sekitar 20 persen dari produk dunia.
“KEK berbasis industri perikanan (udang vaname) sangat memberikan keuntungan bagi negara, terlebih daerah setempat yang produksinya siap untuk dimasak dan dimakan, yang kini menjadi tren kebutuhan di era digital dan global,” tandas mantan Kepala DKP Sulteng ini. (*)

Tinggalkan Balasan