PALU, KAIDAH.ID – Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah punya teknologi budi daya udang semi intensif skala rakyat, yang biaya investasinya bisa dijangkau oleh pengusaha kecil dan menengah.

Teknologi budi daya skala rakyat ini, menggunakan kolam budi daya berkonstruksi sederhana, karena berbahan terpal yang disangga oleh kerangka besi.

Bahan-bahannya mudah didapatkan dan harganya relatif murah dengan investasi konstruksi hanya sekitar Rp20 juta setiap petak.

Setiap petak tambak, memiliki kapasitas tampung air sekitar 50 ton. Biaya operasional budi daya untuk setiap petak ini, ditaksir Rp12 juta untuk setiap siklus, dengan produktivitas 300 kilogram udang vaname per petak sekali panen. Dalam setahun, panen bisa berlangsung tiga kali

Jika seorang petambak memiliki satu petak saja dengan tiga kali panen per tahun, ia akan menghasilkan 900 kilogram udang. Jika dijual dengan harga rata-rata Rp70.000 per kilogram, akan menghasilkan omzet Rp63 juta. Sedangkan biaya operasionalnya diperkirakan hanya sekitar Rp30 juta.

Pengusaha kecil dan menengah di Sulawesi Tengah dapat mengusahakan tiga sampai empat petak, sehingga hasilnya akan lebih besar dan biaya operasional bisa lebih lebih minim. 

Teknologi budi daya udang skala rakyat ini, merupakan hasil pengembangan untuk memenuhi harapan masyarakat yang bermodal terbatas, dalam mereplikasi teknologi budi daya udang paling prpoduktif di dunia tersebut. Banyak pengusaha yang bermodal terbatas, mereka mengaku tidak sanggup mereplikasi teknologi ini, karena besarnya dana investasi yang dibutuhkan bila harus menggunakan tambak konstruksi beton.

Dengan teknologi budi daya skala rakyat ini merupakan jawaban, sehingga diharapkan budi daya udang akan semakin memasyarakat sehingga Indonesia bisa tampil sebagai penghasil udang penting di dunia.

Produktivitas teknologi ini,  tercatat 153 ton per hektare, sehingga tercatat yang tertinggi di dunia saat ini.

Sebelumnya, Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan telah memberikan mandat kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah untuk menerapkan teknologi sistem budi daya udang vaname sebagai percontohan secara nasional. Mandat dan kepercayaan ini,  diberikan terkait keberhasilan daerah ini yang secara mandiri mengembangkan sistem budi daya udang supra intensif instalasi air payau di UPTD Perbenihan Desa Kampal, Kabupaten Parigi Moutong pada 2013 silam.

Pada uji coba di kolam berdiameter 78,5 meter persegi di desa Kampal itu, berhasil dipanen di sebanyak 1.036 kilogram atau kalau dikonversi ke dalam satuan hectare menjadi 131 ton udang per hektare dalam waktu budi daya kurang lebih 100 hari.

Uji coba ini dilakukan pada dua buah kolam silinder, masing masing berdiameter 10 meter dan mempunyai luasan 78,5 meter per segi. Ketinggian konstruksi kolam sekitar 3 meter, namun ketinggian air selama masa pemeliharaan sekitar 2,7 meter.

Benih udang vaname yang ditebar pada masing-masing kolam sebanyak 114.000 ribu ekor. Jumlah penebaran ini cukup padat, berkisar 1.452 ekor per meter persegi atau 538 ekor meter kubik.

Tambak ini menggunakan penyedot sedimen di tengah tambak atau central drain, untuk mereduksi bahan organik dari pakan udang. Sdangkan untuk menambah pasokan oksigen digunakan sebuah buah root blower berkapasitas 5 HP (horse power). Pasokan udara dari root blower, sebagian digunakan untuk sistem aerasi dan sebagian digunakan untuk air lift, yakni sebuah teknik penggunaan aerasi untuk menciptakan pusaran air.

Suplai oksigen yang selalu cukup serta bahan organik yang terus diminimalkan, menyebabkan udang dapat bertumbuh baik sekalipun dengan kepadatan tinggi.

Tambak ini juga menggunakan alat pendistribusi pakan otomatis (automatic feeder) dan menerapkan aplikasi probiotik. Panen pun dilakukan secara parsial sebanyak tiga kali. Panen parsial ke-1 dilakukan saat usia budi daya sekitar 73 hari. Saat itu dipanen udang sejumlah 650,4 kilogram dengan size 132 (132 ekor per kg). Panen parsial ke-2 saat usia budi daya 88 hari, menghasilkan udang sebanyak 536,8 kilogram dan panen terakhir saat usia budi daya 108 hari dengan size 54 menghasilkan 879,1 kilogram.

Total panen keseluruhan berjumlah 2.066,3 kilogram pada areal seluas 157 meter per segi. Artinya, jika dihitung secara total, maka produktivitasnya sebesar 13,16 kilogram per meter per

segi. Ini melampaui hasil penelitian di Mexico yang hanya 11 kilogram per meter per segi.

Jika Sulawesi Tengah dapat memproduksi udang vaname sebanyak 200 ribu ton per tahun dengan nilai 1,6 miliar Dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp16 triliun dan mampu menyerap tenaga kerja sampai 80 ribu orang. (*)