Tak heran, pada Festival Danau Poso 2022 kemarin, menjadi ajang promosi Negeri Seribu Megalith. Gubernur Rusdy Mastura kemudian menjadi speaker itu di mana-mana. Saat memberikan pidato pada Gala Dinner dan Pembukaan Munas XI KAHMI 24 November, Gubernur Cudy juga mempidatokan itu, dan mendapat tepuk tangan riuh hadirin.

KAMPANYE RIVAL PALLO REGGAE

Tana to Kaili, tana ntovea, tanaku rivivintasi, toraku ranga, tanaku reme bula, toraku ranga, tana to Kaili, nemo ragero, rapobalu miu, riumba raramu

(tanahku Kaili—etnis asli Sulawesi Tengah– tanahku sayang, tanahku di dekat pantai, kan ku ingat selalu, tanah disinari terangnya bulan, kan ku ingat selalu, tanahku Kaili, jangan kau rusaki, jangan kau jual, di mana hatimu?

Itu merupakan penggalan lirik lagu berjudul Riumba Raramu (di mana hatimu) karya Rival Himran atau yang dikenal Pallo. Penyanyi reggae itu memprotes terjadinya deforestasi yang tidak terkendali di Kota Palu dan Donggala. Video klip lagunya itu, diambil di lokasi Parung Mgalith di Bada.

Rival Himran mengambil lokasi syuting di kawasan patung megalith, karena wujud protesnya terhadap aksi pencurian situs megalith di lembah Besoa, Poso. Begitu wawancara saya dengan Rival “Pallo” Himran yang dimuat dimuat The Jakarta Post, 10 Oktober 2016 silam. https://www.thejakartapost.com/news/2016/10/10/megaliths-poorly-maintained.html.

LUMPANG BATU – Rival “Pallo” Himran berswafoto di Lumpang Batu, yang juga bagian dari situs megalith. Di lokasi ini, Pallo mengambil gambar untuk video klip lagunya beberapa tahun lalu | Foto: Pallo

“Saya prihatin, makanya saya menjadikan lokasi patung megalith itu untuk pengambilan gambar video klip  lagu Riumba Raramu,” kata vokalis dan basis Project Duo Pallo ini. (*)