Pada 27 Desember 2021 lalu, Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik pengolahan pemurnian atau smelter nikel PT GNI.

Pada peresmian ketika itu, Direktur Utama PT. GNI Bisma Bharuna menegaskan, GNI berkomitmen mendorong percepatan hilirisasi industri untuk memberikan nilai tambah pada bahan baku di Indonesia.

Bharuna menyampaikan, salah satu smelter yang diresmikan Presiden Joko Widodo itu, berlokasi di kawasan industri terpadu seluas 1.907 hektare.

Keberadaan kawasan industri tersebut bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Kawasan industri PT Gunbuster Nickel Industri di Morowali Utara | Foto: portal GNI

Industri smelter, sebut Bharuna, dapat menciptakan banyak lapangan pekerjaan, meningkatkan devisa negara atas ekspor produk olahan smelter, memberikan kontribusi pajak kepada negara, menciptakan multiplier effect di wilayah terkait dan yang tidak kalah penting terjadinya transfer of knowledge.

Nilai investasi, sebut dia, sekitar Rp42,9 triliun, GNI secara keseluruhan akan mengoperasikan 24-line smelter, yang mengadopsi teknologi Rotary Kiln Electric Furnace.

Smelter GNI akan mengolah raw material, yaitu bijih nikel menjadi feronikel dengan kadar 10-12%, dengan kapasitas produksi sebesar 1.800.000 ton feronikel per tahun, yang membutuhkan suplai/konsumsi biji nikel sebesar 21.600.000 WMT per tahun.

Dari keberadaan Kawasan Industri di Morowali Utara, sejak tahap pembangunan konstruksi hingga saat ini PT GNI telah menyerap sekitar 5.200 tenaga kerja lokal.

Penyerapan tenaga kerja akan terus bertambah, demi tercapainya adaptasi model bisnis, teknologi, dan transfer of knowledge tersebut di Indonesia.

“Jika proyek kami berjalan lancar, akan menyerap sekitar 60.000 tenaga kerja lokal, dengan lebih dari 90% kebutuhan tenaga kerja Indonesia, yang tentunya akan menempati posisi pekerjaan seluruh lapisan hingga tenaga manajerial di smelter,” jelas Bharuna. (*)