PALU, KAIDAH.ID – Ubur ubur Ungu terdampar di Pantai Teluk Palu, Sulawesi Tengah, pada Jumat, 17 Februari 2023. Basri Marzuki, wartawan Kantor Berita Antara, mendokumentasikan penampakan ubur-ubur tersebut.

Lantas, bagaimana penjelasan tentang Ubur-ubur Ungu tersebut? Kenapa bisa terdampar di Teluk Palu? Kaidah.id dalam penelusurannya mendapatkan penjelasan sebagai berikut:

Orang sering menemukan ubur-ubur berwarna ungu atau kebiruan. Biasanya memiliki badan berbentuk kubah, dengan tentakel yang panjang dan tipis, dan menjulur keluar dari bawah badan mereka.

Ubur-ubur ini juga memiliki umbilikus, yang merupakan lubang di tengah badan mereka, yang berfungsi sebagai mulut dan anus.

Ubur-ubur Ungu, memiliki kemampuan dapat mengubah warna tubuh mereka, menjadi warna yang lebih terang atau lebih gelap, tergantung pada intensitas cahaya.

Selanjutnya, juga memiliki kemampuan untuk menghasilkan bioluminesensi, yaitu kemampuan untuk menghasilkan cahaya dari dalam tubuh Ubur-ubur Ungu tersebut.

Beberapa jenis Ubur-ubur Ungu, dapat sangat berbahaya bagi manusia, karena memiliki tentakel yang mengandung racun. Jika terkena tentakelnya, seseorang dapat mengalami iritasi kulit, rasa sakit yang parah, atau bahkan reaksi alergi yang serius.

Oleh karena itu, penting untuk selalu berhati-hati saat berenang di perairan yang mungkin dihuni oleh ubur-ubur ungu dan mematuhi peringatan keselamatan yang diberikan oleh pihak berwenang.

BEBERAPA NAMA LATIN UBUR-UBUR UNGU

Ubur-ubur Ungu punya beberapa jenis sesuai nama latinnya. Antara lain, ada yang bernama latin Chrysaora quinquecirrha. Jenis ini terkenal sebagai ubur-ubur Atlantic, karena yang paling umum ada di Perairan Atlantik, Amerika Utara hingga Brasil.

Selain itu, nama ilmiah untuk Ubur-ubur Ungu adalah Mastigias Papua Etpisonii”. Ini merupakan spesies ubur-ubur yang termasuk dalam keluarga Mastigiidae.

Kemudian, terdapat beberapa spesies ubur-ubur lain yang juga memiliki warna ungu pada tubuhnya, seperti Aurelia sp. dan Cyanea capillata.

Namun yang pasti, warna tubuh ubur-ubur dapat bervariasi, tergantung pada spesiesnya dan kondisi lingkungan.

Namun, jika berbicara tentang negara dengan populasi Ubur-ubur Ungu terbanyak, tidak ada data pasti, karena faktor iklim, pola arus laut dan perubahan lingkungan dapat mempengaruhi populasi Ubur-ubur Ungu.

Selain itu juga, terdapat banyak jenis Ubur-ubur Ungu yang berbeda, tersebar di seluruh perairan dunia.

Orang-orang dapat menemukan Ubur-ubur Ungu di perairan negara seperti Australia, Jepang, China, Filipina, Thailand, Indonesia, dan banyak lagi.

Oleh karena itu, sulit menentukan satu negara yang memiliki populasi Ubur-ubur Ungu terbesar.

Tetapi, Ubur-ubur Ungu (Chrysaora quinquecirrha), tidak termasuk jenis ubur-ubur yang umum ada di perairan Indonesia.

Namun, Indonesia memiliki beragam jenis ubur-ubur yang tersebar di berbagai perairan, termasuk beberapa jenis yang dapat dianggap sebagai spesies yang mirip dengan ubur-ubur ungu, seperti Aurelia aurita dan Mastigias papua.

Namun, tidak ada informasi yang secara spesifik menunjukkan perairan mana di Indonesia, yang memiliki populasi ubur-ubur ungu terbanyak.

KENAPA TERDAMPAR DI PANTAI TELUK PALU

Pada 2018 silam, gempa Magnitudo 7,4 melanda Kota Palu dan sekitarnya. Mengakibatkan terjadi tsunami yang merusak di kawasan Teluk Palu dan sekitarnya.

Tsunami di Palu, juga mengakibatkan dampak pada kehidupan laut, termasuk populasi Ubur-ubur Ungu di sekitar Pantai Teluk Palu.

Beberapa laporan menyatakan, dampak dari tsunami tersebut menyebabkan peningkatan jumlah Ubur-ubur Ungu, yang terdampak di sekitar pantai Teluk Palu.

Tsunami dapat menyebabkan perubahan drastis, dalam kondisi lingkungan laut, termasuk peningkatan suhu air dan peningkatan ketersediaan nutrisi di laut.

Kondisi lingkungan laut yang tidak stabil ini, dapat mempengaruhi pola reproduksi dan migrasi Ubur-ubur Ungu, yang pada akhirnya dapat menyebabkan peningkatan populasi ubur-ubur di sekitar Pantai Teluk Palu.

Namun, dampak tsunami terhadap populasi Ubur-ubur Ungu di Teluk Palu, masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Hal ini karena terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi populasi ubur-ubur, dan tsunami hanya satu dari banyak faktor tersebut.

Oleh karena itu, perlu ada penelitian ilmiah yang lebih mendalam, untuk memahami dampak tsunami terhadap populasi ubur-ubur di sekitar Pantai Teluk Palu dan dampak serupa di lokasi lain.

Pengaruh lain adanya Ubur-ubur yang terdampar atau strandings di Pantai Teluk Palu, kemungkinan besar ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain:

  1. Karena cuaca buruk atau badai, yang bisa menyebabkan perubahan pola arus laut, sehingga ubur-ubur terdorong ke arah pantai.
  2. Perubahan suhu air laut, terutama peningkatan suhu air, dapat memicu perpindahan ubur-ubur ke wilayah pantai.
  3. Gangguan lingkungan seperti polusi, kerusakan habitat atau aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab, dapat mengganggu keseimbangan ekosistem laut dan mempengaruhi populasi ubur-ubur.
  4. Perubahan pasang surut air laut, juga bisa mempengaruhi pola arus dan menyebabkan ubur-ubur terdampar di pantai.
  5. Perilaku ubur-ubur. Beberapa jenis ubur-ubur, terutama jenis Aurelia aurita, dapat mengarahkan diri ke arah pantai saat mereka mati atau sekarat.

Namun, dampak gempa bumi dan tsunami pada 28 September 2018 silam, juga dapat mempengaruhi terdamparnya ubur-ubur di pantai tersebut, karena tsunami, bisa memicu perubahan kondisi lingkungan laut, yang dapat mempengaruhi perilaku ubur-ubur dan memaksa mereka untuk terdampar di pantai.

Namun demikian, khusus tentang ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut, untuk memastikan penyebab pasti terdamparnya Ubur-ubur Ungu di Pantai Teluk Palu. (*)