Pada awalnya, bangunan ini tidak diperuntukkan sebagai masjid, tetapi sebagai paviliun pameran kebudayaan negeri-negeri timur. Masjid ini juga sempat difungsikan sebagai gedung eksebisi nasional Belgia, tepatnya di tahun 1879. Kala itu, eksistensi muslim di Belgia belum terlalu dikenal dan diakui.
Seiring keberadaan komunitas muslim yang makin diterima di Belgia, masjid ini kemudian digunakan sebagai basis Islamic and Cultural Centre Belgium, Organisasi Islam pertama di negara tersebut.
Pada tahun 1967, Raja Arab Saudi, Raja Faisal bin Abdul Aziz, melakukan lawatan resmi ke Belgia. Raja Belgia, Raja Baudouin, menghadiahkan gedung pameran di Cinquantenaire Park, Brussels, yang sudah lama tak terpakai dan terabaikan kepada Raja Faisal bin Abdul Aziz.
Momen itulah yang menjadi pembuka jalan bagi pendirian Masjid Agung Brussels, untuk mengakomodasi kebutuhan umat Islam Belgia yang kala itu mulai berkembang.
Atas perintah Raja, pemerintah Arab Saudi kemudian memutuskan untuk mendanai sendiri seluruh biaya rekonstruksi bangunan tersebut untuk mengubahnya menjadi masjid dan pusat kebudayaan Islam pertama di negara itu.
Setelah melalui perjalanan yang begitu panjang dengan berbagai hambatan, proses rekonstruksi yang diarsiteki oleh Arsitek Tunisia, Boubaker akhirnya rampung dilaksanakan. Masjid Agung Brussels pun berdiri dan diresmikan pada tahun 1978 oleh Raja Khalid dan Raja Baudouin sebagai Pusat Kebudayaan Islam Pertama di ibu kota Uni Eropa ini.
Setiap harinya, masjid ini selalu dipenuhi oleh jamaah yang beribadah. Terlebih pada bulan Ramadan dan dua hari besar Islam. Masjid ini selalu penuh sesak oleh jamaah hingga ke halaman. Tenda-tenda yang dipasang oleh pengurus masjid seringkali tak mampu menampung jemaah yang ditaksir mencapai 7.000-an orang. (*)
Tinggalkan Balasan