PALU, KAIDAH.ID – Chatbot viral bernama Chat GPT, belakangan menjadi sorotan, karena banyak pengamat menyebut, akan mengancam banyak nasib profesi kreatif. Padahal, chatbot itu sebenarnya tidak lebih seperti aplikasi chatting kencan.

Seperti yang pengguna ketahui, Chat GPT memang mampu menjalankan perintah, sesuai dengan keinginan penggunanya. Mau buat artikel, karya ilmiah hingga menjawab informasi seputar umum, akan bisa selesai dalam waktu kurang dari 5 menit.

Padahal, tahun 2002 lalu, ISMaker juga telah meluncurkan sebuah aplikasi bernama SimiSimi. Ini merupakan aplikasi chatting, yang pengendalinya adalah robot. Tapi, pengguna bisa berbicara dengannya untuk mengisi sepi.

Perbedaannya, Chat GPT lengkap dengan informasi, yang mampu menjawab semua pertanyaan. Meskipun, terkadang chatbot seperti ini memang mengalami error.

Karena error itulah sehinga chatgpt paling sering memberikan informasi yang salah.

Jika kita membandingkan, nyaris tidak ada bedanya. Baik SimiSimi maupun Chat GPT, sama-sama hanya berfungsi sebagai ruang ngobrol bagi pengguna. Pembedanya hanyalah tingkat kecerdasan pada robot itu sendiri.

Chat GPT itu yang merupakan pengembangan dari Artificial Intelligence (AI), atau kecerdasan buatan dengan model chatbot, bukanlah sebuah ancaman besar.

Sebab ada beberapa model pengembangan AI yang jauh lebih mengerikan lagi, hanya saja tidak booming seperti Chat GPT ini.

Beberapa perusahaan pengembangan AI seperti OpenAI, juga mengembangkan yang dapat menghasilkan gambar-gambar yang realistis dan berkualitas tinggi, berdasarkan deskripsi teks yang kita berikan.

Sebut saja seperti Midjourney, DALL-E dan CLIP, menggunakan teknologi deep learning dan algoritma generatif, untuk memahami konteks deskripsi teks, dan menghasilkan gambar yang sesuai dengan deskripsi tersebut.

Pengembangan teknologi ini, orang dapat menggunakannya untuk berbagai keperluan, seperti dalam desain grafis, animasi, dan bahkan dalam pengembangan permainan video.

Namun yang pasti, pengembangan oleh OpenAI dan sejenisnya belumlah sempurna. Bahkan tidak akan bisa sempurna. Karena itulah sisi kelemahan teknologi.

Tetapi bagimanapun pengembangan AI tetap menjadi ancaman bagi sejumlah profesi kreatif. Terutama bagi pemula dan yang baru memulainya.

Bagaimana tidak, pengembangan AI bisa membuat apapun dengan praktis. Hal ini tentu bisa berdampak negatif bagi manusia.

Namun demikian, banyak kesalahan informasi dari chat GPT. Apalagi, jika pertanyaan itu terkait tokoh atau sosok. Oleh karena itu, berhati-hatilah menggunakan chatbot ini. Tapi kalau minta dibuatkan proposal atau makalah, chatgpt ini paling jago, walau pengguna harus tetap memberi rasa dalam narasinya.

Berikut adalah contoh-contoh kesalahan dari Chat GPT:

Pertanyaan: Siapakah Drs. H. Longki Djanggola, M.Si
Jawaban ChatGP: Drs. H. Longki Djanggola, M.Si adalah seorang politikus, dan mantan Bupati Gorontalo, Indonesia. Ia lahir di Limboto, Gorontalo pada tanggal 15 Juli 1968

Pertanyaan: Jelaskan tentang Rusdy Mastura
Jawaban Chat GPT: Rusdy Mastura adalah seorang politikus dan pengusaha asal Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Bupati Aceh Tengah, Aceh, Indonesia. Ia dilahirkan pada tanggal 18 September 1967 di Takengon, Aceh Tengah.

Pertanyaan: Jelaskan kepada saya tentang Ahmad Ali, Waketum Nasdem
Jawaban ChatGpt: Ahmad Ali lahir di Medan pada tanggal 25 Maret 1970. Ia menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU), dan meraih gelar sarjana hukum pada tahun 1995. Sebelum terjun ke dunia politik, Ahmad Ali pernah bekerja sebagai pengacara, dan juga menjadi Direktur Utama PT Sarana Mitra Usaha, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan dan jasa.
(*)