TERNATE – Beberapa waktu belakangan ini, banyak warga mengeluhkan tagihan listrik yang naiknya sangat tak wajar. Terutama bagi mereka yang masuk dalam kategori pelanggan non subsidi. Tagihan listrik mereka sampai tiga kali lipat dari pembayaran bulan sebelumnya.

Keluhahan itu juga terjadi bagi warga Ternate, Maluku Utara. Mereka mengaku kaget saat membayar tagihan listrik, karena di bukan sebelumnya hanya membayar sekitar Rp450 ribu, tapi di bulan ini membayarnya sampai lebih Rp1 juta.

“Tong me kage lagi, bikiapa kong bulan ini tong bayar listrik  pe mahal sampeeee…. (kami kaget, kenapa bayar listrik bulan ini sangat mahal),” kata Ci Bongso, salah seorang warga Ternate, Selasa 16 Juni 2020, sore.

Banyaknya keluhan warga itu, mengharuskan Komisi II DPRD Kota Ternate mendatangi manajemen PLN. Dalam kunjungan ke kantor Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) PLN Ternate itu, pihak DPRD mendapatkan penjelasan, tidak ada kenaikan tarif listrik, tetapi penggunaan listrik yang meningkat selama  masa pandemi Covid-19 sehingga menyebabkan membengkaknya tagihan di bulan Juni.

“Tidak semua mengalami kenaikan, ada juga pelanggan yang pembayarannya berkurang dari bulan sebelumnya,” kata Ketua Komisi II DPRD Kota Ternate, Mubin A. Wahid kepada wartawan di Ternate, Selasa siang.

Menejer UP3 PLN Ternate, Gemal Rizal Kambey menjelaskan, pihaknya siap melayani warga  yang ingin mengajukan aduan atau komplain atas tagihan pembayaran listrik yang tinggi itu.

“Kami bisa beri kompensasi pembayaran dengan cara mencicil selama tiga bulan,” kata Gemal Rizal Kambey.

Pelanggan di Kota Ternate saat ini sebanyak 54.442 pelanggan. Dari jumlah itu, kategori  pasca bayar sebanyak 24.433 pelanggan dan pra bayar  sebanyak 30.009 pelanggan.

“Pelanggan yang tagihannya melonjak sebanyak 6.732 pelanggan dan penurunan sebanyak 5.326 pelanggan, sedangkan yang ajukan komplain melalui medsos dan layanan pos pengaduan sebanyak 195 pelanggan,” kata Gemal.

Dia menambahkan, pelanggan yang telah  menyelesaikan pembayaran listrik sebanyak 5.059 pelanggan sedangkan yang belum membayar sebanyak 1.673 pelanggan.

“Nah, bagi yang mengajukan komplain, PLN akan berikan keringanan berupa pembayaran listrik dapat dicicil pada bulan Juli 40 persen, bulan Agustus 20 persen dan September 20 persen dari total pembayaran,” tandasnya.

“Pembayaran listrik dapat dicicil pada bulan Juli 40 persen, bulan Agustus 20 persen dan September 20 persen dari total pembayaran,” kata Gemal Rizal Kambey, kepala UP3 PLN Ternate.

KARENA WFH

Pihak PLN beralasan, tagihan listrik naik gila-gilaan, karena kenaikan konsumsi selama work from home (WFH). Lalu faktor lainnya yakni penambahan kurang tagih pada bulan sebelumnya. Di akun Instagram resminya, PLN memperlihatkan simulasi perhitungan rekening yang ditagihkan untuk bulan Mei 2020, di mana banyak pelanggannya melakukan WFH. Pada contoh simulasi perhitungan tagihan listrik ini, pemakaian listrik, yakni bulan Januari sebesar 55 kWh, Februari 45 kWh, dan Maret 50 kWh.

Artinya jika dirata-rata konsumsi listrik 3 bulan terakhir sebesar 50 kWh. Jika penggunaan listrik riil pada April sebesar 70 kWh, maka ada selisih kurang tagih sebesar 20 kWh (50-70 kWh).

Kurang tagih inilah yang akan ditambahkan pada bulan berikutnya (kurang tagih April ditambahkan ke tagihan Mei).

Perhitungannya, penggunaan riil pada bulan Mei sebesar 90 kWh, ditambah dengan kurang tagih pada bulan sebelumnya, yakni April sebesar 20 kWh. Maka total rekening pada Mei 2020 yang ditagihkan sebesar 110 kWh (90+20 kWh).

Berikut tarif listrik terbaru PLN berdasarkan tegangan per triwulan II/ 2020:  tegangan rendah Rp 1.467/kWh, R-1/900 VA RTM Rp 1.352/kWh, tegangan menengah Rp 1.115/kWh dan tegangan tinggi Rp997/kWh. *