Pandemi Covid-19

Paul Romer, Profesor Ekonomi dari Universitas New York, dan Alan M. Garber, Rektor Universitas Harvard (2020), menulis opini yang dimuat New York Times berjudul Economy Die From Coronavirus.  Menurut mereka, saat ini pandemi Covid-19 adalah ancaman paling berat. Pandemi ini telah memicu terjadinya krisis kesehatan bersama krisis ekonomi. Pemerintah harus bisa menyelesaikan krisis kesehatan sekaligus pemulihan ekonomi secara bersama. 

Apabila kebijakan ini tidak ditempuh secara simultan bisa menimbulkan risiko lebih besar dan lebih lama. Pemberlakuan pembatasan sosial selama ini sebagai tindakan menyelamatkan nyawa, namun juga sekaligus menghentikan aktivitas ekonomi.

Di Indonesia, pandemi Covid-19 sudah memberi ‘efek domino’ secara sosial, ekonomi, dan keuangan. Pandemi ini telah menekan aktivitas ekonomi dari sisi permintaan, maupun sisi penawaran. Disebabkan, penyebaran pandemi ini berlangsung cepat, masif, dan meluas. Apalagi belum ada vaksin dan obat Covid-19 ini.

Di Indonesia, pandemi Covid-19 sudah memberi ‘efek domino’ secara sosial, ekonomi, dan keuangan. Pandemi ini telah menekan aktivitas ekonomi dari sisi permintaan, maupun sisi penawaran. Disebabkan, penyebaran pandemi ini berlangsung cepat, masif, dan meluas. Apalagi belum ada vaksin dan obat Covid-19 ini.

Pemberlakuan kebijakan pembatasan sosial (social distancing), untuk menjaga masyarakat tidak terinfeksi virus. Membuat para pekerja sebagian besar juga harus dirumahkan, tak terkecuali bagi mereka yang bekerja di sektor informal. Dampaknya, tentu saja kinerja ekonomi dan bisnis terus menurun. Kemampuan konsumsi masyarakat mulai terganggu, karena adanya kendala distribusi pangan. Aktivitas produksi dan industri sebagian besar berhenti, karena pekerja dirumahkan.

Distribusi kebutuhan pangan dan barang-barang penting lain juga ikut terhenti.  Investasi yang melibatkan modal besar, dan manusia dalam jumlah banyak terhambat. Kinerja ekspor dan impor negara sudah terkontraksi. Di Sektor keuangan, mulai turunnya kepercayaan investor, dan terjadi flight to quality (Situasi di mana banyak investor menjual atau mengurangi pembelian investasi yang kurang layak kredit dan sekaligus membeli atau menambah pembelian investasi yang paling layak kredit). Selain itu juga mulai naiknya angka kredit macet yang akan melilit perbankan.