SEMPAT BINGUNG

Sakka mengakuĀ  sempat bingung, karena pelatihan bahan bakunya dari gula kelapa, sementara ia sendiri mengolah gula merah dari pohon aren. Tetapi ia yakin, air dari pohon aren itu dapat diolah juga menjadi gula semut.

Sakka, petani di Desa Oncone Raya, Parigi Moutong yang menjadi inspirasi
(Foto: kaidah/alfian)

Sepulangnya dari pelatihan di Yogyakarta itu, Sakka mulai menjajal kemampuannya. Meski dengan alat sederhana ia berhasil mengolah air dari pohon aren itu menjadi gula semut. Setelah berhasil, Sakka kemudian berbagi pengetahuannya itu kepada anggota kelompoknya. 

Kini Sakka dan kelompok tani yang diberi nama Matujutuju itu, mendapat dukungan KPH Dampelas Tinombo,  dengan membangunkan rumah produksi di Desa Oncone Raya. Kini  Sakka dan Matujutuju telah menghasilkan produk gula semut yang sudah terkenal hingga ke Jakarta.

Dalam sehari, Sakka dan Matujutuju berhasil memproduksi 10 kilogram gula semut, baik yang original maupun gula semut rasa jahe. Semua produk olahan itu, telah  mengantongi izin Produk Industri Rumah Tangga (PIRT).

Berhasil dengan gula semutnya, Sakka kembali mewakili kelompoknya bersama KPH Dampelas Tinombo sebagai pendampingnya, menjadi narasumber di  acara Exspose Forest Investment Programme II  di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia di Jakarta 2019 lalu.

Dari situlah, Sakka dan Matujutuju semakin terkenal. Maka jangan heran, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Provinsi Sulteng, selalu membawa gula semut produksi Sakka itu untuk dipamerkan di setiap kegiatan nasional di beberapa daerah.

Sungguh, Sakka dan Matujutuju telah menyulap pohon aren menjadi gula semut. ***