JAKARTA – Pemerintah Pusat terus memperbarui data kasus korona di Tanah Air. Khusus di Indonesia Timur, Sulawesi Tengah (Sulteng), Sulawesi Utara (Sulut), Maluku, Maluku Utara (Malut), Papua dan Papua Barat, tercatat Sulteng menjadi provinsi yang paling rendah positif korona.

Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus korona, Achmad Yurianto dalam konferensi pers di Graha BNPB Jakarta pada Sabtu 13 Juni 2020 sore, menyebut kasus positif di Sulteng tercatat sebanyak 168, sembuh sebanyak  96 dan meninggal dunia sebanyak 4 orang.

“Sedangkan di Papua tercatat sebanyak 1.237 kasus positif, sembuh 78 orang dan meninggal dunia 7 orang,” kata Achmad Yurianto.

Dia menambahkan, kasus di Sulut tercatat sebanyak 651 orang yang terkonfirmasi positif, yang sembuh 99 orang dan meninggal dunia 52 orang. Di Maluku positif 400, sembuh tercatat 105 orang, dan meninggal dunia 10 orang. Kemudian di Maluku Utara, terbilang ada 302 orang yang dilaporkan positif, sembuh 40 orang dan meninggal dunia ada 22 orang.

Selanjutnya, di Papua Barat, ada 205 orang terkonfirmasi positif, sembuh 86 orang dan meninggal dunia 3 orang.

ProvinsiPositifSembuhMeninggal
Sulawesi Tengah168964
Sulawesi Utara6519952
Maluku40010510
Maluku Utara3024022
Papua1.237787
Papua Barat205863
Sumber : Tim Penanggulangan Covid-19 Pusat

Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola mengatakan Sulteng, khususnya di Kota Palu, pernah berhasil menekan jumlah orang positif korona hingga nol. Dan itu bertahan sampai sepekan. Tapi setelah itu, orang yang terkonfirmasi positif kembali naik menjadi 16 orang dan pada Sabtu, 13 Juni 2020 bertambah lagi 9 orang (4 di antaranya di Kota Palu).

“Semoga kita bisa menekan kembali jumlah positif hingga selesai di Sulteng,” kata Gubernur Longki Djanggola.

Membaca data tersebut, seharusnya jumlah orang positif korona di Sulteng tidak akan bertambah lagi, jika semua pihak dapat dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan seperti yang disayaratkan pemerintah. Hidup lama dengan dalam kelaziman baru harus terus dijalankan dalam aktivitas keseharian.

Menurut Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM, Mahfud MD orang tidak dapat  menghindar dari wabah korona saat ini. Yang harus dilakukan sekarang adalah harus  terbiasa hidup dengan kelaziman baru, yaitu jaga jarak, sering cuci tangan, memakai masker jika bepergian dan mengurangi pertemuan dalam jumlah banyak.

“Itulah yang disebut dengan new normal life,” kata Mahfud MD dalam pidatonya pada Rapat Pimpinan Nasional Keluarga Alumni Himpunan Mahasiswa Islam secara virtual, Senin 8 Juni 2020 malam.

Membaca catatan Noor Fatia Lastika Sari, salah seorang dosen Sejarah Universitas Indonesia, dia mengatakan, Kisah tentang pandemi 1900-an hampir saja terlupakan, karena tidak adanya transparansi informasi, yang sesungguhnya dapat berujung fatal: ketidakmampuan generasi mendatang untuk menemukenali masa lampaunya dan ketidakwaspadaan terhadap wabah penyakit, yang akan selalu bermutasi dari masa ke masa.

“Maka, apa yang baru dari new normal? Apakah kita sedang mengarungi samudera dengan bahtera yang baru, atau semata adaptasi dalam bahtera yang sama, namun samuderanya yang berbeda?,” begitu kata Noor Fatia Lastika Sari, salah seorang editor kaidah.id, Jumat, 12 Juni 2020.

Maka sebetulnya, soal korona ini adalah, kita optimistis pandemi korona ini akan berakhir, dan kita akan tetap hidup dengan tingkah pola yang baru. Itulah yang disebut, hidup lama dengan kelaziman yang baru. ***