Perempuan Kulawi saat panen sayuran di Pampa. Di sini juga menjadi media pembelajaran bagi bu-ibu ini untuk mengajarkan anak-anak mereka mengenal jenis sayuran (Foto: Kaidah/Desmon)

Ritual Adat

Karena banyak nilai dan kearifan lokal di dalam semangat pampa itulah, sehingga untuk membuka lahan atau pampa, harus diawali dengan upacara atau ritual adat yang dipimpin Topo Gane atau tetua adat yang dianggap mampu berkomunikasi dengan Tope Hoi (Sang Penguasa Alam Semesta) sehingga Pampa pun memiliki nilai-nilai spiritual di dalamnya.

“Tidak sembarang membuka pampa itu. Kita harus berkomunikasi dengan Sang Penguasa, agar Dia senantiasa menjaga kita dan pampa dari segala gangguan,” kata Desmon Riha.

Lantaran itulah, banyak pantangan atau palia yang harus dipatuhi saat membuka pampa. Palia atau larangan itu, antara lain tidak boleh ada yang membawa rotan melewati lahan pampa saat lahan dibuka.

“Jika ada yang melanggar palia maka tanaman akan terserang hama atau hasil tanaman  menjadi rusak atau busuk,” jelasnya.  

Sistem kerja Mome Ala Pale, menjadi tradisi membuka pampa yangtak pernah lekang oleh waktu. Mome Ala Pale adalah sistem kerja bergilir yang dilakukan secara berkelompok, yang mencerminkan nilai kebersamaan atau gotong royong.

“Ini sudah menjadi budaya perempuan masyarakat Kulawi secara turun temurun. Hampir tidak kelihatan peran laki-laki di lahan pengelolaan pampa karena hampir semua pekerjaan dari membersihkan rumput, menanam, memelihara tanaman, sampai memanen. Semua dikerjakan oleh kaum perempuan,” urai Desmon.

Nilai lain yang tak kalah penting dari Pampa, adalah mengajarkan nilai pendidikan sebagai media belajar non formal bagi anak–anak saat menghabiskan waktu bermain bersama ibunya, sembari diperkenalkan jenis tanaman yang ada di pampa.

Sulawesi Tengah, memang kaya dengan kearifan lokal. Kelak, tradisi ini semoga tidak tergerus oleh waktu, dan terus dipertahankan oleh masyarakat. ***