PALU, KAIDAH.ID – Di tengah derasnya arus disrupsi digital, tantangan dan peluang bagi industri media semakin kompleks. Lonjakan jumlah media massa, termasuk di Palu, Sulawesi Tengah, menuntut peningkatan kualitas dan profesionalisme jurnalis, agar mampu menghasilkan produk jurnalistik yang kredibel dan berdampak positif.
Isu ini menjadi sorotan dalam diskusi terbatas yang melibatkan pengamat komunikasi, pegiat media massa, serta tim komunikasi perusahaan perkebunan kelapa sawit Grup Astra Agro, di Palu, Rabu, 12 Maret 2025.
Pengamat komunikasi dan dosen Universitas Tadulako, Achmad Herman, menegaskan media memiliki peran strategis dalam mendorong kemajuan suatu wilayah. Menurutnya, kemajuan daerah bisa tercermin dari kualitas medianya.
“Daerah yang berkembang baik, ditandai dengan media yang berkembang dengan baik. Media yang berkualitas mampu menciptakan semangat positif di tengah masyarakat,” ujarnya.
Senada dengan itu, Syamsudin Tobone, dosen sekaligus pekerja pers di Palu menilai, lonjakan media online pasca disrupsi digital perlu diimbangi dengan peningkatan kapasitas jurnalis.
“Semangat teman-teman harus kita hargai, tapi bekal pengetahuan yang cukup sangat penting agar tugas-tugas jurnalistik dijalankan dengan baik,” ujarnya.
Syamsudin menambahkan, produk jurnalistik yang kurang berkualitas bisa berdampak negatif terhadap citra profesi jurnalis dan menurunkan kepercayaan publik kepada media massa.
Hal senada diungkapkan Temu Sutrisno, pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulawesi Tengah. Menurutnya, di era digital ini, jurnalis justru harus lebih peka terhadap dampak pemberitaan.
“Tidak sekadar mengejar viral, media dan jurnalis harus memahami dampak informasi yang disebarluaskan kepada masyarakat,” katanya.
Ia juga mengingatkan tentang tantangan imperialisme digital. Media lokal seringkali berada dalam posisi yang kurang seimbang dalam berhubungan dengan platform digital besar.
Menurut Temu, orientasi bisnis platform digital yang berfokus pada keuntungan, sering kali mengabaikan dampak sosial dari informasi yang tersebar. Karena itu, media lokal dituntut untuk lebih kritis dan selektif dalam mengelola informasi. (*)
Penulis: Moch. Subarkah
Editor: Ruslan Sangadji
Tinggalkan Balasan