Oleh: Aslamuddin Lasawedy
Pemerhati masalah budaya dan politik

DINI HARI TIBA, dan Didi masih betah di depan laptopnya. Ia begadang hingga pagi, menyelesaikan tumpukan pekerjaan sebagai kreator konten. Pesanan dari para kandidat Pemilihan Serentak 2024 terus mengalir deras. “Rezeki kok ditolak?” pikirnya sambil tersenyum puas.

Meningkatnya penggunaan media sosial dalam kampanye politik Pilkada, menjadi peluang bisnis yang menggiurkan bagi kreator konten budaya pop seperti Didi.

Pop culture kini bukan hanya milik hiburan semata, tetapi telah merambah ke politik. Kreator konten memainkan peran penting, tidak hanya dengan membuat konten visual atau audio, tetapi juga merancang strategi pemasaran digital, riset tren, serta mengelola interaksi dengan audiens.

Hal ini memberikan kesempatan besar untuk menarik perhatian pemilih, terutama generasi muda, yang sering kali merasa politik itu membosankan atau terlalu serius.

Pendekatan kreatif dalam menyampaikan pesan politik menjadi kunci. Misalnya, kreator konten bisa menggunakan analogi dari film, musik, atau game popular, untuk menjelaskan program kerja kandidat dengan cara yang lebih menyenangkan dan mudah dipahami.

Membandingkan politik lokal dengan cerita dari serial TV seperti Game of Thrones, atau memvisualisasikan kandidat sebagai superhero yang berjuang untuk masyarakat, menjadi salah satu cara mengedukasi pemilih pemula.

Ini bukan hanya mendekatkan pemilih muda dengan isu politik, tetapi juga menjadikan politik, sebagai sesuatu yang menarik.

Selain itu, kampanye politik dengan gaya budaya pop, dapat semakin menguatkan citra kandidat di mata pemilih muda. Membuat video kampanye seperti video klip musik viral, atau mengubah program kerja kandidat menjadi format komik, adalah contoh bagaimana kreator konten dapat meramu politik menjadi lebih akrab dengan tren pop culture.

Misalnya, tantangan dance di TikTok atau meme politik yang menggabungkan kandidat dengan karakter dari budaya populer dapat dengan mudah menyebar dan menghibur, tanpa mengurangi pesan politik yang ingin disampaikan.

Tidak hanya sampai di situ, kreator konten juga dapat bekerja sama dengan influencer budaya pop. Influencer memiliki pengaruh besar, terutama di kalangan generasi muda, dan kolaborasi antara influencer dan kandidat bisa membantu memperkenalkan visi dan misi kandidat dalam format yang lebih santai dan menyenangkan.

Misalnya, live streaming antara kandidat dan influencer, untuk membahas isu-isu politik dengan pendekatan yang ringan, atau membuat konten TikTok dan kandidat terlibat dalam tren yang sedang populer.

Ini memberikan kesempatan bagi pemilih, untuk melihat sisi humanis dari kandidat, yang mungkin selama ini tersembunyi di balik formalitas politik.

Meme politik juga tidak ketinggalan sebagai salah satu alat kampanye yang paling efektif, dalam menarik perhatian. Satire dan humor, sering kali menjadi jembatan bagi pemilih muda untuk lebih memahami isu-isu politik yang rumit.

Meme yang menggabungkan elemen budaya pop dengan politik local, dapat mengubah pandangan pemilih tentang kandidat dan isu politik, dengan cara yang menghibur namun tetap bermakna.

Contoh meme politik yang menyindir program kerja kandidat, dalam konteks alur cerita film atau video game, akan mudah menyebar di kalangan pengguna media sosial, memperluas jangkauan pesan politik tersebut.

Kreator konten juga, bisa menghadirkan kampanye dalam bentuk merchandise bertema budaya pop, seperti kaos, pin, atau poster dengan desain yang menggabungkan elemen politik dan pop culture. Bahkan, konsep merchandise ala Star Wars, dengan wajah kandidat lokal, atau pembuatan action figure, tokoh politik, bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi pemilih.

NFT (Non-Fungible Token) yang terinspirasi dari budaya pop, juga bisa dimanfaatkan sebagai bagian dari strategi kampanye digital yang lebih modern.

Selain itu, konten berbentuk animasi atau komik dengan karakter politik, dapat mempermudah pemilih memahami program kerja kandidat.

Kreator konten dapat membuat serial komik atau animasi pendek yang menggambarkan kandidat sebagai pahlawan super atau tokoh budaya pop lain, yang berjuang untuk mengatasi masalah masyarakat. Ini memberi warna baru dalam cara kandidat memperkenalkan program mereka kepada publik.

Di balik semua itu, vlog atau dokumentasi di belakang layar kampanye kandidat, juga dapat dikemas dengan gaya pop culture. Misalnya, kreator konten bisa membuat vlog “Sehari Bersama Kandidat”, yang menampilkan keseharian kandidat seperti dalam format reality show, atau konten vlog selebriti.

Ini memberikan kesempatan bagi pemilih, untuk melihat kandidat dari sudut pandang yang lebih personal dan dekat, membuat mereka lebih terhubung dengan publik.

Secara keseluruhan, peran kreator konten dalam Pemilihan Serentak 2024, sangat penting dan strategis. Mereka tidak hanya berperan sebagai penyebar informasi, tetapi juga sebagai jembatan antara politik dan budaya pop, yang mampu memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap politik.

Kreativitas dan inovasi kreator konten, dapat menjadi kunci dalam membentuk opini publik, meningkatkan partisipasi pemilih, dan membuat politik lebih inklusif serta relevan bagi generasi muda.

Dalam konteks Pemilihan 2024, pengaruh kreator konten budaya pop, bisa mengubah cara publik melihat dan berpartisipasi dalam proses demokrasi, menghadirkan politik dengan wajah yang lebih segar, dinamis, dan menghibur. Weleh, weleh, weleh! (*)

Editor: Ruslan Sangadji