Karena pada prinsipnya, katanya, agama-agama dunia mengajarkan tentang bagaimana kita hidup dengan rukun satu sama lain, dengan tidak meng kotak-kotakan agama dalam kerangka kerukunan antarumat beragama.
“Konflik atas nama agama, pada umumnya terjadi bukan karena ajaran agama itu sendiri, tetapi disebabkan adanya faktor dan aktor yang memanfaatkan isu agama demi kepentingan tertentu,” jelas Guru Besar pada Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah UIN Datokarama Palu ini.
Oleh karena itu, Pengurus PBNU ini memberikan solusi, untuk mencegah penyalahgunaan agama bagi kepentingan pragmatis, yang berpotensi merusak kerukunan umat beragama, maka tidak ada jalan lain, umat harus memiliki kepekaan dan kecerdasan dalam beragama.
“Di sinilah posisi penting para kaum cendekia memainkan perannya, dalam menanamkan kedewasaan beragama bagi masyarakat. Sehingga agama berfungsi sebagai elemen utama dalam mewujudkan integrasi sosial, dan bukannya menjadi akar konflik,” katanya menerangkan.
Prof Zainal juga mengajak peserta kuliah umum, untuk memahami dengan benar lima fungsi sosial agama. Pertama; fungsi edukatif, ini terkait dengan upaya pemindahan dan pengalihan (transfer) nilai norma keagamaan kepada masyarakat.
“Memberi orientasi dan motivasi serta membantu untuk mengenal dan memahami sesuatu hal yang dianggap sakral,” ujar Prof. Dr. Zainal Abidin.
Kemudian yang kedua adalah fungsi penyelamat. Soal ini, sangat terkait dengan bentuk-bentuk rasa kedamaian, ketenangan, kasih sayang, dan bimbingan serta pengarahan manusia untuk memperoleh kebahagiaan.
Fungsi ketiga adalah kontrol sosial. Agama memberikan batasan (limitation) dan pengkondisian (conditioning) terhadap tindakan atau perilaku individu atau masyarakat.
Selanjutnya adalah fungsi integrasi sosial. Pada soal ini, menurut Prof Zen–sapaan akrabnya — agama menjadi sumber utama terbentuknya integrasi masyarakat yang baik.
“Agama bahkan dipandang memiliki kemampuan membangun tatanan sosial (social order) yang mapan dan kuat,” paparnya.
Dan yang terakhir, jelasnya, fungsi transformatif. Mengenai ini, dia menerangkan, agama memiliki daya ubah terhadap tatanan kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik.
“Maka kalau setiap ada perbedaan, segeralah mencari titik temunya. Begitu banyak persamaan, lalu mengapa menonjolkan perbedaan,” tandasnya. (*)
Tinggalkan Balasan