JAKARTA, KAIDAH – Proses evakuasi dua jenazah teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) sangat dramatis dan heroik. Tim Koopsgabsus Tricakti yang tergabung dalam Satgas Madago Raya harus berjibaku melewati lebatnya hutan dan lembah untuk mengevakuasi dua jenazah tersebut dari Pegunungan  Tokasa, Desa Tanalanto, Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi Moutong.

Tim evakuasi yang dipimpin langsung Wapangkoopsgabsus, Brigjen TNI Rafael Granada Baay, menjelaskan, karena medan yang cukup berat dan dan cuaca yang ekstrim, tim evakuasi terpaksa harus membuat rakit, mengangkut jenazah menyusuri sungai di sekitar Pegunungan Tokasa.

“Tiga hari tim evakuasi terus berusaha, sampai akhirnya di hari ke empat, dua jenazah tersebut berhasil dievakuasi ke sekitar perkampungan,” kata Brigjen Rafael Granada Baay.

Brigjen Rafael menceritakan, tiga hari sebelumnya, tim evakuasi harus menghadapi banyak rintangan alam, medan dan cuaca yang sering berubah-ubah mulai dari TKP dan di sepanjang rute evakuasi.

Untuk mengevakuasi dua jenazah teroris MIT itu yang tewas dalam kontak tembak itu, Koopsgabsus TNI menurunkan dua Tim Tricakti dan 1 Tim Chandraca, sejak Ahad 11 Juli 2021 lalu.

Tim tersebut, katanya,  terus berupaya mengevakuasi jenazah. Di hari pertama, tim evakuasi hanya dapat bergerak sekitar 600 meter dari lokasi kejadian menuju titik penjemputan atau landing zone darurat yang telah disiapkan.

Medannya sangat berat. Tim sangat kesulitan, karena vegetasi tumbuhan yang rapat, serta banyaknya bebatuan besar di tebing sisi kiri dan kanan sungai.

“Itu yang menyulitkan pasukan menembus rute yang dilewati,” kata Brigjen TNI Rafael.

Helikopter Super Puma milik TNI Angkatan Udara yang diterbangkan oleh pilot Mayor Pnb Budiyono dari Lanud Hasanuddin Makassar, yang digunakan membawa jenazah dua teroris MIT dari Tanahlanto, Parigi Moutong ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulteng di Palu, Rabu, 14 Juli 2021 | Foto: Humas Satgas Madago Raya

Brigjen Rafael mengisahkan, setelah tim sempat istirahat malam, karena huja deras, di hari kedua, pada Senin 12 Juli 2021 pagi, tim kembali melanjutkan proses evakuasi mulai dari pukul 06:00 WITA.  Tidak ada ada jalan, tim terpaksa merintis rute baru keluar TKP.

Pada hari ketiga evakuasi, Selasa, 13 Juli 2021, sekira pukul 07.00 WITA, tim evakuasi hampir berhasil mengangkat jenazah menggunakan Heli Caracal TNI AU, namun karena sempitnya medan serta lebatnya hutan, menyulitkan helicopter bermanuver untuk hover dengan aman.

“Jika helikopter terus memaksa di hari ketiga itu, akan sangat berisiko untuk keamanan alutsista,” sebutnya.

Brigjen TNI Rafael yang mengkoordinir pergerakan evakuasi siang ini, pukul 12:20 WITA di Poskout Tricakti, menginformasikan evakuasi yang melibatkan masyarakat kembali menemui kendala setelah sempat menggunakan rakit menyusuri sungai sepanjang hampir 500 meter dari posisi sebelumnya, ternyata di depan terdapat air terjun lebih 75 meter, akhirnya memaksa timevakuasi menurunkan jenazah menggunakan tali.

Pada Rabu 14 Juli 2021, sekira pukul 13:30 WITA, tim evakuasi berhasil menjangkau landing zone darurat yang aman, untuk dilakukan pengangkatan jenazah menggunakah hoist dan basket stretcher dari pesawat Heli Super Puma.

“Pesawat Super Puma itu, kata dia, dukungan Operasi Koopsau II Makassar, yang diterbangkan oleh Pilot Mayor Pnb Budiyono dari Lanud Hasanuddin Makassar,” kata Brigjen Rafael.

Rabu siang, sekira pukul 14:30 WITA, dua jenazah teroris Poso, segera diberangkatkan dari Mayonif 714/SM ke RS. Bhayangkara Polda Sulteng di Palu, langsung dipimpin Brigjen TNI Rafael.

Menurut Brigjen TNI Rafael, keberhasilan evakuasi jenazah teroris Poso itu, tidak terlepas dari kerja sama semua pihak yang telah mencurahkan semua tenaga dan pemikiran pasca penyergapan, serta penghormatan terhadap nilai kemanusiaan.

“Setelah melalui semua perjuangan berat, kedua jenazah teroris berhasil dievakuasi, langsung diberangkatkan ke RS. Bhayangkara Polda Sulteng untuk dilaksanakan autopsi dan identifikasi lebih lanjut oleh Tim Inafis Satgas Madago Raya,” katanya

Jenazah dua orang teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) itu sudah sangat sulit dikenali, karena wajahnya sudah hancur. Lantaran itu, polisi sulit mengidentifikasinya dan menyebutnya sebagai Mr X.

Waka Sub Satgas Humas Operasi Madago Raya, AKBP Bronto Budiono, menjelaskan, kondisi kedua jenazah itu juga sudah membusuk dan beberapa bagian tubuhnya hancur sehingga sulit mengambil sidik jari mereka. *