Tidak hanya itu, kata Anies Baswedan, setiap kali Habib Saggaf ke Jakarta, Anies selalu datang menemui Habib Saggaf. Terakhir, pada Desember 2019, Habib Saggaf sakit dan dirawat di Jakarta, Anies Baswedan juga menyempatkan diri menjenguk dan mencium tangan Habib Saggaf.

“Saya selalu hadir dan menemui beliau, berkesempatan mencium tangannya. Tetapi kesempatan itu tidak akan ad lagi, Habib sudah dipanggil pulang. Padahal, kita masih butuh nasihat dan arahan bagaimana semestinya menjalani kehidupan sebagai seorang muslim dan warga negara yang baik,” kata Gubernur Anies Baswedan.

Anies mengatakan, sebuah kesempatan emas bisa bertemu Habib Saggaf. Dan sejak itulah saya merasakan Palu sebagai tempat yang sejuk, adem ayem dan tentram, karena ada paku bumi di Palu. Allahyarham Habib Saggaf adalah paku bumi itu, tidak hanya di Palu, Sulteng, tapi di Kawasan Timur Indonesia.

Anies melanjutkan, Guru Tua, kakek Habib Saggaf, adalah Waliullah dari Celebes, sebagai kekasihnya Allah, Dan itu berkat ikhtiar beliau yang menyebar Islam yang dimulai dari Donggala, Palu sampai ke Kawasan Timur Indonesia. Yang berdakwah dan mendirikan lembaga pendidikan, dengan akhlaqul karimah dan pengetahuan yang luas.

“Dan sekarang kita bisa saksikan, aliran pahala itu sampai sekarang kepada beliau, karena doa dan ajaran yang beliau bawa sampai sekarang,” ujar Anies.

Jamaah tahlilan malam kedua wafatnya Habib Saggaf rubin Muhammad bin Idrus bin Salim Aljufri, Ketua Utama Alkhairaat, Kamis, 5 Agustus 2021 malam melalui aplikasi zoom | Foto: Kaidah/tangkapan layar zoom

Beberapa pekan yang lalu di Jakarta, kata Anies Baswedan, banyak yang kehilangan satu murid Guru Tua, namanya Profesor Doktor Huzaemah Tahido Yanggo, ulama perempuan level internasional, ahli Fiqhi Perbandingan. Dengan keberkahan ilmu dari Guru Tua, diikuti pula oleh Habib Saggaf.

Menurut Anies Baswedan, menyelesaikan pendidikan di Al Azhar, tidak gampang bisa sampai magister. Biasanya enam sampai tujuh tahun baru bisa menyelesaikan pendidikan di Al Azhar, tapi Habib Saggaf bisa menyelesaikan hanya dalam waktu empat  tahun.

“Habib Saggaf punya prinsip keindonesiaan yang sangat kuat. Lahir 17 Agustus, di saat itu kita merayakan HUT Kemerdekaan RI, sekaligus merayakan kelahiran Habib Saggaf. Itu bukan kebetulan. Jadi, nafasnya adalah nafas keislaman, nafas keindonesiaan, ini adalah teladan bagi kita,” kata Anies Baswedan.

Beliau meneruskan usaha dari kakeknya, Guru Tua. Yang mengajak kita berpihak kepada Republik yang baru kala itu.

“Itu adalah sejarah yang patut kita syukuri. Seharusnya beliau adalah Pahlawan, tapi terkendala administrasi,” sebut Gubernur Anies.