Pada 2015 Brur bebas dari penjara. Dia bingung, karena belum punya rencana apa yang akan dilakukannya setelah bebas. Tapi Brur sudah bertekad bahwa ia harus meninggalkan aksi kekerasan dan Poso harus damai. Kembali ke Poso, Brur bertemu dengan para aktivis perdamaian. Ia bergabung dengan Celebes Institute Palu dan Lembaga Penguatan Masyarakat Sipil (LPMS) di Poso.
Dari perkenalan itulah, Brur akhirnya mendirikan sebuah lembaga yang diberi nama Rumah Katu pada 2016. Ia memimpin sendiri lembaga itu, tetapi sekretarisnya adalah kawannya beragama Kristen dari Tentena, yang sebelumnya sangat dibencinya.
Enam bulan setelah itu, Brur menggelar Festival Rumah Katu. Di festival itu, mereka menggelar acara musik, tari tradisional hingga pameran foto. Tujuannya untuk kampanye perdamaian. Juga tentang status sosial Brur sebagai mantan napi teroris yang mau reintegrasi maupun kampanye damai.
Brur juga menunjukkan bahwa ia punya prestasi dengan membuat tiga film yang berisi pesan damai. Film itu adalah Senjata Rakitan, 2/3 Malam dan Jalan Pulang. Dua film pertama itu adalah film pendek. Film berjudul 2/3 Malam berhasil meraih juara pertama lomba video pendek yang digelar Tempo Institute. Sementara film Jalan Pulang merupakan film panjang, berdurasi sekira 40 menit dan menang pada lomba film perdamaian di Polda Sulawesi Tengah. Hingga kini Brur tetap konsisten menyuarakan perdamaian di Poso. Dia sempat menjadi asisten peneliti lapangan dari Kreasi Prasasti Perdamaian yang dipimpin Noor Huda Ismail, meski akhirnya mundur, tetapi beberapa kali ia terlibat langsung dalam diskusi warga bersama lembaga itu.
Tinggalkan Balasan