Oleh: Fransiscus Manurung

INI TENTANG PEMIMPIN TRANSFORMATIF – Maka ada baiknya kita merenung sejenak, dan memahami kutipan dari Charles Maurice de Talleyrand, negarawan Perancis abad ke-18, yang mengatakan: “I am more afraid of an army of 100 sheep led by a lion than an army of 100 lions led by a sheep”.

“Saya lebih takut pada pasukan yang terdiri dari 100 ekor domba yang dipimpin oleh seekor singa, daripada pasukan 100 ekor singa yang dipimpin oleh seekor domba”.

Pertanyaan yang muncul: manakah yang lebih berbahaya, “100 ekor domba yang dipimpin oleh seekor singa” atau “100 ekor singa yang dipimpin oleh seekor domba”?

Menurut Charles, pasukan 100 ekor domba yang dipimpin oleh singa, jauh lebih berbahaya. Mengapa demikian? Karena, meski 100 singa terlihat kuat dan buas, jika dipimpin oleh seekor domba, mereka akan kehilangan kehebatannya, dan menjadi selemah pemimpinnya, sang domba.

Sebaliknya, 100 domba yang dipimpin oleh singa, akan bergerak seperti singa, bahkan mungkin mereka bisa mengaum mengikuti gaya pemimpinnya.

Melalui kutipannya, Charles menggambarkan pentingnya *Pemimpin Transformatif. Banyak definisi dan pendapat ahli mengenai pemimpin transformatif, namun yang terpenting adalah, bagaimana pemimpin seperti ini membawa perubahan nyata dalam kehidupan masyarakat.

Salah satu contoh pemimpin transformatif dunia adalah Deng Xiaoping, tokoh reformasi ekonomi Tiongkok. Xiaoping memimpin negara dengan tekad yang kuat, mengaum seperti singa, untuk membangkitkan kesadaran 1,4 miliar rakyat Tiongkok, agar segera berubah.

Xiaoping, tidak hanya mengajak rakyatnya keluar dari kemiskinan yang telah melanda selama berabad-abad, tetapi juga membawa mereka menuju kemajuan ekonomi global.

Pada Desember 1978, Deng Xiaoping meluncurkan reformasi ekonomi dengan konsep Gaige Kaifang (reformasi dan keterbukaan), yang menitikberatkan pada empat pilar modernisasi: pertanian, industri, teknologi, dan pertahanan.

Saat itu, Tiongkok sedang dalam kekacauan akibat Revolusi Kebudayaan, dengan pendapatan per kapita yang sangat rendah, kurang dari USD 100, hampir setara dengan Indonesia saat itu.

Empat dekade setelah reformasi, Tiongkok berubah menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat.

Berdasarkan laporan Global PEO Services tahun 2022, Amerika Serikat berada di posisi pertama dengan PDB sebesar USD 20,89 triliun dan PDB per kapita sebesar USD 63.413. Tiongkok menyusul, dengan PDB sebesar USD 14,72 triliun dan PDB per kapita USD 10.434.

Sayangnya, Indonesia tertinggal jauh, hanya berada di peringkat ke-15 dengan PDB sebesar USD 1,05 triliun, dan PDB per kapita USD 4.783.

Bayangkan, jika tidak ada sosok seperti Deng Xiaoping, mungkin Tiongkok akan tetap terperosok dalam kemiskinan dan keterbelakangan, setara dengan negara berkembang lainnya seperti Indonesia.

Deng Xiaoping tidak hanya sukses membangun perekonomian, tetapi juga mentransformasi Tiongkok menjadi negara modern dan kuat. Deng Xiaoping adalah contoh nyata dari pemimpin transformatif yang mampu mengubah sejarah bangsa.

Kini, saat kita menghadapi Pemilihan Serentak 2024, yang melibatkan pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota di seluruh Indonesia, termasuk di Sulawesi Tengah, kita harus merenung: Ini adalah Pilkada ke-5 pasca-reformasi, dan seharusnya menjadi cerminan kedewasaan kita dalam berdemokrasi serta ketepatan dalam memilih pemimpin.

Harapan kita bersama adalah, agar rakyat Sulawesi Tengah sebagai pemegang kedaulatan, tidak sembarangan menggunakan hak pilihnya. Pemilih harus selektif dan bijak, memastikan, pemimpin yang terpilih adalah sosok yang membawa harapan baru. Pemimpin yang tegas melakukan transformasi, layaknya singa yang mengaum, untuk membawa perubahan positif bagi daerah ini.

Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi Sulawesi Tengah, kita membutuhkan pemimpin yang tidak hanya pandai bicara, tetapi juga mampu mewujudkan perubahan nyata. Pemimpin yang mau mengambil risiko, membuat kebijakan yang berpihak kepada rakyat, dan membawa daerah ini keluar dari keterbelakangan menuju kemajuan.

Pemilihan Serentak 2024, adalah kesempatan bagi kita semua untuk memilih pemimpin, yang benar-benar transformatif. Mari pastikan, pilihan kita jatuh pada sosok yang mampu membawa Sulawesi Tengah menuju masa depan yang lebih baik. (*)

Editor: Ruslan Sangadji