10 tahun kemudian (1940), ia menjadi atase angkatan laut untuk Belanda. Setelah itu, pada Oktober 1940, Maeda ditugaskan ke Indonesia untuk menegosiasikan perjanjian dagang dengan pemerintah kolonial, khususnya terkait pembelian minyak untuk Jepang.
Ia juga mendapat tugas membangun jaringan mata-mata di Indonesia. Namun, belum genap satu tahun di Indonesia atau pada pertengahan 1941, Maeda dipanggil pulang ke Jepang, dan bekerja sebagai seksi urusan Eropa.
Setahun setelahnya Maeda kembali ke Indonesia setelah Jepang menyerbu Hindia Belanda pada 1942. Kemudian, ia mendapat tugas mengatur operasi-operasi Angkatan Laut Jepang di wilayah Papua.
Maeda kemudian ditugaskan ke Batavia (Jakarta) setelah pemerintah kolonial Belanda sepenuhnya jatuh. Di Jakarta, Maeda menjadi penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat ke-16 Jepang.
Meski seorang pejabat Tentara Kekaisaran Jepang, tetapi Laksamana Muda Tadashi menjadi salah satu tokoh Jepang yang menaruh rasa simpati terhadap perjuangan rakyat Indonesia untuk meraih kemerdekaan.
Karena itulah, ia bersedia membantu persiapan kemerdekaan Indonesia. Bahkan, ia mengizinkan rumah dinasnya dijadikan tempat perumusan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Tentara Sekutu tentunya marah atas peran Maeda itu. Akhirnya ia ditangkap Tentara Sekutu atas tuduhan gagal mempertahankan status quo, Laksamana Maeda akhirnya dipenjara di Gang Tengah (Glodok), lalu dipindahkan ke Penjara Salemba.
Setekah repatriasi tawanan perang, Maeda diadili di pengadilan militer Jepanag. Namun ia dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan pada 1947. Namun memilih mundur dari jabatannya di militer. Maeda meninggal pada 13 Desember 1977. (*)
Editor: Ruslan Sangadji
Tinggalkan Balasan