JAKARTA, KAIDAH.ID – Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro, menegaskan menciptakan produk hilir bernilai tambah tinggi, masih menjadi tantangan besar bagi industri dalam negeri, terutama yang berbasis sumber daya alam.
Menurut Bambang, proses hilirisasi mineral di Indonesia, seharusnya tidak berhenti pada pembangunan smelter saja. Upaya tersebut perlu diperluas, hingga menghasilkan produk-produk hilir yang memiliki daya saing lebih tinggi di pasar global.
“Pekerjaan rumah terbesar kita, adalah menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi melalui hilirisasi, hingga tahap akhir, kata Bambang Brodojonegoro dalam acara MinDialogue 2025, yang digelar pada Kamis, 9 Januari 2025.
“Smelter memang sudah memberikan nilai tambah, tetapi itu belum cukup untuk meningkatkan daya saing kita secara signifikan. Kita masih membutuhkan hilirisasi yang lebih mendalam,” tambahnya.
Bambang juga menyoroti pentingnya inovasi dan investasi yang berkelanjutan, sebagai kunci bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap) dan naik kelas menjadi negara berpenghasilan tinggi.
“Berdasarkan studi yang sudah ada, kuncinya adalah inovasi. Saya sarankan kepada Pak Erick Thohir (Menteri BUMN) dan MIND ID untuk memanfaatkan momen ini. Ini saat terbaik bagi BUMN untuk mengembangkan penelitian dan pengembangan (R&D) yang mampu menghasilkan produk akhir berbasis tambang kita,” jelasnya.
Sebagai contoh, Bambang menerangkan, hilirisasi nikel tidak seharusnya berhenti di smelter. Proses ini harus berlanjut hingga menghasilkan produk akhir seperti baterai kendaraan listrik, yang saat ini memiliki potensi pasar besar di era transisi energi.
Bambang juga menyarankan Indonesia untuk belajar dari pengalaman Chile, yang berhasil naik kelas menjadi negara berpenghasilan tinggi berkat hilirisasi tembaga.
Menurutnya, model seperti ini dapat diterapkan di Indonesia, terutama dengan sumber daya alam yang melimpah.
“Hilirisasi dapat menjadi pemantik reindustrialisasi di Indonesia. Ini adalah pintu masuk yang baik untuk membangun kembali kekuatan industri nasional,” tutup Bambang Brodjonegoro. (*)
Editor: Ruslan Sangadji
Tinggalkan Balasan