PALU, KAIDAH.ID – Kamis, 5 Agustus 2021 malam, ribuan orang menghadiri tahlilan dan takziyah malam kedua wafatnya Habib Saggaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim Aljufri, baik secara langsung di rumah duka di Jalan SIS Aljufri Palu, juga melalui zoom yang tercatat sebayak 517 orang, live Facebook 947 orang dan yang mengikuti melalui youtube sebanyak 231 orang dari dalam dan luar negeri.
Pada tahlilan malam kedua itu, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan berkesempatan menyampaikan kesannya dalam pertemuan dengan Habib Saggaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim Aljufri.
Gubernur Anies Baswedan mengatakan, bukan hanya masyarakat Palu, Sulawesi Tengah, saja yang merasa kehilangan atas berpulangnya Habib Saggaf, tetapi juga kehilangan, bagi seluruh orang di penjuru Tanah Air juga merasa kehilangan.
“Bangsa ini kehilangan Habib Saggaf. Habib Saggaf adalah mutiara bangsa, beliau ada orang tua kami. Saya merasa ada ketenangan, kesejukan kalau bersama Habib Saggaf,” kata Anies Baswedan.
Anies mengatakan, pada 2011-2012, Anies Baswedan ke Palu bertemu dengan Habib Saggaf, dan itu sangat tidak bisa dilupakan. Datang untuk silaturahim, dan itu pertemuan yang amat mengesankan. Keluasan ilmunya terasa betul bagi mencoba mencicipinya. Kebijakan dan kedalaman membaca, menganalisa dan memberikan arah, sangat terasa sekali.
“Saya juga merasakan, murid-muridnya yang hadir di rumah Habib Saggaf itu dengan perasaan kesetaraan,” ucap Anies Baswedan.
Anies mengisahkan, pada 2015 ia datang kembali ke Palu, bertemu lagi dengan Habib Saggaf. Kemudian dilanjutkan berjumpa dengan murid-murid Alkhairaat di komunitas yang bernama KPU. Itu kenangan yang tidak bisa dilupakan.
Tidak hanya itu, kata Anies Baswedan, setiap kali Habib Saggaf ke Jakarta, Anies selalu datang menemui Habib Saggaf. Terakhir, pada Desember 2019, Habib Saggaf sakit dan dirawat di Jakarta, Anies Baswedan juga menyempatkan diri menjenguk dan mencium tangan Habib Saggaf.
“Saya selalu hadir dan menemui beliau, berkesempatan mencium tangannya. Tetapi kesempatan itu tidak akan ad lagi, Habib sudah dipanggil pulang. Padahal, kita masih butuh nasihat dan arahan bagaimana semestinya menjalani kehidupan sebagai seorang muslim dan warga negara yang baik,” kata Gubernur Anies Baswedan.
Anies mengatakan, sebuah kesempatan emas bisa bertemu Habib Saggaf. Dan sejak itulah saya merasakan Palu sebagai tempat yang sejuk, adem ayem dan tentram, karena ada paku bumi di Palu. Allahyarham Habib Saggaf adalah paku bumi itu, tidak hanya di Palu, Sulteng, tapi di Kawasan Timur Indonesia.
Anies melanjutkan, Guru Tua, kakek Habib Saggaf, adalah Waliullah dari Celebes, sebagai kekasihnya Allah, Dan itu berkat ikhtiar beliau yang menyebar Islam yang dimulai dari Donggala, Palu sampai ke Kawasan Timur Indonesia. Yang berdakwah dan mendirikan lembaga pendidikan, dengan akhlaqul karimah dan pengetahuan yang luas.
“Dan sekarang kita bisa saksikan, aliran pahala itu sampai sekarang kepada beliau, karena doa dan ajaran yang beliau bawa sampai sekarang,” ujar Anies.
Beberapa pekan yang lalu di Jakarta, kata Anies Baswedan, banyak yang kehilangan satu murid Guru Tua, namanya Profesor Doktor Huzaemah Tahido Yanggo, ulama perempuan level internasional, ahli Fiqhi Perbandingan. Dengan keberkahan ilmu dari Guru Tua, diikuti pula oleh Habib Saggaf.
Menurut Anies Baswedan, menyelesaikan pendidikan di Al Azhar, tidak gampang bisa sampai magister. Biasanya enam sampai tujuh tahun baru bisa menyelesaikan pendidikan di Al Azhar, tapi Habib Saggaf bisa menyelesaikan hanya dalam waktu empat tahun.
“Habib Saggaf punya prinsip keindonesiaan yang sangat kuat. Lahir 17 Agustus, di saat itu kita merayakan HUT Kemerdekaan RI, sekaligus merayakan kelahiran Habib Saggaf. Itu bukan kebetulan. Jadi, nafasnya adalah nafas keislaman, nafas keindonesiaan, ini adalah teladan bagi kita,” kata Anies Baswedan.
Beliau meneruskan usaha dari kakeknya, Guru Tua. Yang mengajak kita berpihak kepada Republik yang baru kala itu.
“Itu adalah sejarah yang patut kita syukuri. Seharusnya beliau adalah Pahlawan, tapi terkendala administrasi,” sebut Gubernur Anies.
Gubernur Anies mengatakan, kalau kita perhatikan perkembangan Alkhairaat saat ini, tumbuh sangat sangat pesat, mulai dari TK hingga perguruan tinggi, dan majelis taklim yang sangat banyak. Habib Saggaf tidak hanya memiliki keluasan ilmu, tapi akhlak yang tinggi, sehingga dapat meneruskan perjuangan kakek beliau, Guru Tua.
Dengan berpegang teguh pada prinsip Ahlussunnah wal Jamaah dan Islam Washatiyah, Habib Saggaf menjaga Indonesia. Siapapun yang minta nasihat, Habib Saggaf selalu menasihati:
“Selama kita masih di dunia, seharusnya tidak boleh ada yang merasa paling benar. Nasihat ini juga Habib Saggaf sampaikan kepada saya. Habib Saggaf juga cerdas mengamati situasi negara ini. Tema-tema global, hampir pasti selalu dibahasa dalam setiap perjumpaan saya dengan beliau,” cerita Gubernur Anies.
DIa meneruskan, pada 2019 saat haul, malam itu di rumah, Anies dijamu di rumah Habib Saggafdan keluarga. Mereka mengobrol dengan suasana keteduhan. Bukan saja ilmu, tapi kharisma dan kemauan mendengar.
“Beliau dengan kelembutan dan penuh kasih sayang, menyampaikan kebenaran dengan apa adanya, dengan lugas. Saya ingat Habib Saggaf menceritakan pengalamannya, ditawari masuk ke wilayah politik, tapi Habib Saggaf tetap menolak dan tetap konsisten berada di wilayah tarbiyah,” kisah Anies Baswedan.
Menurut dia, generasi ini sangat bersyukur dapat berinteraksi langsung, insya Allah kita dapat mengambil hikmahnya. Habib selalu menyampaikan pesan guru tua, Sebarkan dakwah dan pendidikan untuk mendapatkan kedudukan mulia di sisi Allah. Itulah yang kemudian menjadi misi utama Alkhairaat. Amal jariyah akan dirasakan beliau berdua.
Kita saksikan, kepergian Guru Tua dan Habib Saggaf, ribuan orang hadir, padahal kita berada di masa pandemi, tapi tidak ada yang bisa menghentikan kehdairan umat mengantarkan Habib Saggaf ke makam.
“Saya menyaksikan rekamannya, terharu dari jauh. Kami juga melaksanakan shalat gaib untuk Allahuyarham Habib Saggaf,” kata Anies. *
Tinggalkan Balasan