Oleh: Sri Meisista (Ketua Umum KOHATI PB HMI)

INI TENTANG REFLEKSI DIES NATALIS KE-78 HMI – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), adalah salah satu organisasi mahasiswa tertua di Indonesia, yang telah mewarnai perjalanan bangsa selama 78 tahun. Berdiri pada 5 Februari 1947, dua tahun setelah kemerdekaan Indonesia, organisasi ini lahir di Sekolah Tinggi Islam (STI) Yogyakarta, yang kini dikenal sebagai Universitas Islam Indonesia (UII).

Diprakarsai oleh Lafran Pane, HMI hadir sebagai wadah bagi mahasiswa Muslim, untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan lebih baik, sekaligus menjadi garda terdepan dalam mempertahankan negara serta mengembangkan nilai-nilai keislaman.

Seiring berjalannya waktu, HMI terus tumbuh dan berkembang hingga memiliki 268 cabang yang tersebar dalam 24 Badko di seluruh Indonesia, dari Sabang hingga Merauke. Pada perayaan Milad ke-78 tahun ini, HMI mengusung tema “HMI untuk Kedaulatan Bangsa”, yang menegaskan komitmennya sebagai mitra kritis pemerintah dalam memperjuangkan kepentingan rakyat. Tema ini juga meneguhkan independensi HMI sebagai kekuatan intelektual, yang senantiasa berperan dalam menjaga dan memperkokoh kedaulatan bangsa.

Selama 78 tahun, HMI telah berkontribusi dalam memperkuat kualitas sumber daya manusia melalui berbagai program pelatihan dan pendidikan, baik formal maupun informal. Melalui proses kaderisasi yang berkesinambungan, HMI mencetak generasi muda yang kompeten di berbagai sektor, seperti sosial, ekonomi, politik, dan teknologi.

Dengan semangat perjuangan yang tak pernah padam, HMI terus berupaya menghasilkan pemimpin-pemimpin yang mampu menjawab tantangan zaman serta berkontribusi dalam pembangunan nasional.

PERAN STRATEGIS KOHATI DALAM MEMPERKUAT HMI

Sebagai badan semi-otonom dalam tubuh HMI, Korps HMI-Wati (Kohati) memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas kader perempuan HMI. Kohati tidak hanya fokus pada pengembangan intelektual, moral, dan kepemimpinan kader HMI-Wati, tetapi juga aktif dalam pemberdayaan perempuan di masyarakat.

Melalui berbagai program pendidikan, pelatihan, dan advokasi, Kohati terus berupaya mendorong kebijakan yang berpihak pada hak-hak perempuan serta memperjuangkan keadilan gender dalam berbagai aspek kehidupan.

Kohati juga berperan sebagai lembaga pendidikan yang membina kader perempuan, agar menjadi individu yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Dengan menghadirkan inovasi serta merespons isu-isu sosial yang berkaitan dengan perempuan, Kohati turut serta dalam memperkuat HMI sebagai organisasi yang relevan dengan dinamika zaman.

Sebagaimana ungkapan:”Perempuan adalah tiang negara, apabila perempuan baik, maka baiklah negara”. Dalam konteks HMI, “Kohati adalah tiang HMI, apabila Kohati baik, maka baik pula HMI”.

TANTANGAN DAN HARAPAN KE DEPAN

Di era globalisasi dan dinamika geopolitik yang semakin kompleks, HMI dihadapkan pada tantangan besar yang menuntut kader-kadernya untuk tidak hanya kritis, tetapi juga solutif. Transformasi organisasi menjadi suatu keharusan, agar tetap relevan dan mampu menjawab tantangan zaman.

Dalam hal ini, Kohati memiliki peran penting dalam meningkatkan kapasitas intelektual kader perempuan, sehingga mereka dapat menjadi pemimpin yang tangguh dan berkontribusi dalam menjaga kedaulatan bangsa.

Sebagai organisasi yang telah menempa banyak pemimpin, HMI harus terus menjadi inspirasi bagi mahasiswa di seluruh Indonesia. Dengan semangat kebersamaan, integritas, dan kecintaan pada tanah air, HMI dan Kohati akan terus berada di garis depan dalam memperjuangkan kepentingan rakyat serta mempertahankan nilai-nilai Pancasila di tengah pluralisme ideologi yang semakin berkembang.

Dengan semangat Yakin Usaha Sampai, kader HMI memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga dan memperjuangkan kedaulatan bangsa. Perjalanan panjang selama 78 tahun ini menjadi bukti bahwa HMI tetap kokoh berdiri sebagai organisasi yang mengakar pada nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.

Selamat Dies Natalis ke-78 HMI
Tetaplah mengakar dalam nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan
HMI untuk Indonesia
HMI untuk Kedaulatan Bangsa
Yakin Usaha Sampai.

Editor: Ruslan Sangadji