BANGKEP, KAIDAH.ID – Pemerintah Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep), Sulawesi Tengah (Sulteng) kini tengah menyiapkan langkah strategis, untuk menjadikan daerah ini sebagai pusat produksi kelapa setengah jadi yang siap diekspor ke China. Langkah ini merupakan hasil kerja sama dengan perusahaan FreeNow Food, salah satu pemain utama di industri kelapa global.

Penjabat (Pj) Bupati Banggai Kepulauan, Ihsan Basir, menegaskan, data produksi kelapa yang akurat, menjadi kunci utama dalam merealisasikan target ini.

“Kita harus memastikan data produksi kelapa yang riil dan akurat, agar kerja sama ini bisa berjalan dengan optimal,” kata Ihsan Basir dalam rapat di Bangkep, dalam keterangan yang diterima kaidah.id, Jumat pagi, 7 Februari 2025.

Kerja sama ini diawali dengan kunjungan Pemkab Bangkep ke FreeNow Food di China, untuk menjajaki peluang investasi di bidang industri kelapa. Setelah pertemuan tersebut, tindak lanjut dilakukan guna memastikan kesiapan produksi di tingkat lokal.

Menurut Ihsan, kesepakatan ini merupakan peluang besar bagi masyarakat Bangkep untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi, terutama para petani kelapa.

“Dengan kerja sama ini, produk kelapa dari Banggai Kepulauan akan masuk ke pasar global. Ini akan menghidupkan kembali kejayaan daerah kita sebagai penghasil kelapa berkualitas,” jelasnya.

Sebagai bentuk dukungan kepada petani, FreeNow Food juga akan menyediakan bibit unggul serta alat produksi, yang dibeli langsung dari koperasi desa.

Ihsan berharap, inisiatif ini mampu meningkatkan hasil panen, menggerakkan ekonomi desa, serta memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat setempat.

“Perusahaan ini menguasai 80 persen pasar kelapa di China, dan sangat mendukung investasi hijau yang berorientasi pada keberlanjutan lingkungan. Ini sejalan dengan prinsip pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Bangkep, Muhammad Aris Susanto, menegaskan, FreeNow Food tidak akan membuka perkebunan sendiri di Banggai Kepulauan. Sebaliknya, mereka akan bekerja sama langsung dengan para petani melalui sistem kontrak.

“Perusahaan ini tidak membeli lahan, mereka hanya membeli hasil panen petani. Dengan sistem ini, lahan tetap dikelola oleh masyarakat, dan tidak ada pengambilalihan tanah,” ujar Aris.

Adapun harga yang ditawarkan bagi petani berkisar antara Rp3.000 hingga Rp3.600 per kilogram, dengan jaminan harga tetap, meskipun harga kelapa atau kopra mengalami penurunan di pasar.

Berdasarkan data Dinas Pertanian Banggai Kepulauan tahun 2023, luas areal tanaman kelapa di wilayah ini mencapai 19.575,82 hektare, yang terdiri atas 2.600,62 hektare tanaman belum menghasilkan (TBM), 14.056,20 hektare tanaman menghasilkan (TM), dan 2.919,83 hektare tanaman rusak atau tidak menghasilkan (TR/TTM). Saat ini, ketersediaan kelapa di Banggai Kepulauan mencapai rata-rata 28,05 ton per hari. (*)

Editor: Ruslan Sangadji