MOROWALI, KAIDAH.ID – Limbah nikel yang selama ini dianggap tak bernilai, kini justru menjadi sumber material konstruksi yang potensial. Di Kawasan Industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), slag nikel atau sisa hasil pemurnian logam, diolah menjadi batako dan paving block berkualitas tinggi.

Setiap hari, fasilitas pengolahan milik IMIP mampu memproduksi hingga 40.000 unit material konstruksi. Rinciannya, 16.000 unit batako dan 24.000 unit paving block dihasilkan dari pemanfaatan slag nikel yang sebelumnya dianggap limbah.

Material ini telah digunakan secara luas untuk kebutuhan konstruksi internal kawasan, mulai dari pembangunan kantor pabrik hingga pengerasan jalan, trotoar, dan area parkir. Selain memiliki nilai ekonomi, batako dan paving berbahan slag nikel, terbukti memiliki daya tahan lebih tinggi.

Koordinator Bidang Waste Management Environmental Department PT IMIP, Burhanudin, menjelaskan, pemanfaatan slag ini telah melalui tahapan riset dan pengembangan yang ketat.

“Dari hasil penelitian, slag nikel mampu meningkatkan kekuatan dan kepadatan material. Untuk satu unit batako, kami menggunakan komposisi 70% slag nikel, 20% fly ash, dan 10% semen,” jelasnya seperti dikutip dari portal resmi IMIP, 17 Mei 2025 malam.

Penggunaan slag nikel oleh IMIP, telah memenuhi standar teknis sesuai ketentuan pengelolaan limbah non-B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang terdaftar. Proses ini merujuk pada Dokumen Rincian Teknis (DRT) sebagai persyaratan utama, bahwa setiap timbulan limbah dan pemanfaatannya harus tercatat secara resmi.

Slag nikel merupakan salah satu dari sembilan jenis limbah yang dikeluarkan dari kategori B3, dan kini masuk dalam daftar limbah non-B3 terdaftar, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 serta Peraturan Menteri LHK Nomor 19 Tahun 2021. Jenis limbah lain yang masuk dalam daftar ini antara lain slag besi atau baja, mill scale, debu EAF, PS ball, fly ash, bottom ash, spent bleaching earth, dan pasir foundry.

Melihat manfaat dan potensi besarnya, IMIP kini mendorong agar pemanfaatan slag nikel juga bisa meluas ke masyarakat umum, khususnya di wilayah Morowali, Sulawesi Tengah.

“Kami terbuka untuk kolaborasi mendukung pembangunan infrastruktur desa. Pemanfaatan slag nikel ini bisa diajukan melalui instansi teknis, baik di tingkat pusat seperti Kementerian PUPR maupun di level pemerintah daerah dan desa,” kata Direktur CSR dan Environmental PT IMIP, Dermawati S.

Upaya ini diharapkan tidak hanya mengurangi dampak lingkungan dari limbah industri, tetapi juga memperkuat pembangunan berkelanjutan dan berorientasi pada ekonomi sirkular. (*)

Editor: Ruslan Sangadji