PALU, KAIDAH.ID – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), terus aktif mendorong pemahaman moderasi beragama di sejumlah lembaga keagamaan dan pendidikan di Kota Palu.

Setelah bertemu dengan pihak Sinode GKST Klasis Palu dan Bala Keselamatan Palu, FKUB kini datang ke lingkungan sekolah Karuna Dipa. Organisasi yang beranggotakan semua agama ini menyebutnya dengan nama program FKUB Go to School.

Di sekolah milik yayasan orang Tionghoa di Palu itu, FKUB memperkuat pemahaman tentang moderasi beragama kepada anak didik di sekolah tersebut.

Ketua FKUB Sulteng Zainal Abidin, menjelaskan kehadiran FKUB di lingkungan sekolah Karuna Dipa, merupakan satu tekad dan konsistensi organisasi yang dipimpinnya itu dalam mengelola keragaman di dunia pendidikan, dengan pendekatan moderasi beragama.

“Keragaman ini jika tidak dikelola dengan baik, maka akan menjadi sumber kekacauan. Ya bisa menimbulkan kekacauan,” kata Zainal Abidin juga Guru Besar di Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu ini.

Pemahaman moderasi beragama di lingkungan sekolah, katanya, juga untuk mencegah perundungan di tingkat pelajar.

Moderasi beragama berada pada tataran sosiologis, yang dalam wilayah praktik keberagamaan di kehidupan sosial kemasyarakatan, dan menjalin hubungan sosial dengan orang lain.

Sedangkan pada tataran teologis, katanya, setiap orang berhak, bahkan seharusnya meyakini kebenaran agamanya. Tapi pada saat yang sama, dalam tataran sosiologis harus memahami bahwa orang lain juga memiliki keyakinan terhadap ajaran agama mereka.

“Jadi, moderasi beragama itu bukanlah moderasi agama,” ucapnya.

KARUNA DIPA CONTOH KERAGAMAN DI PALU

Menurut KH. Zainal Abidin, SMA Karuna Dipa Palu merupakan contoh dari praktik kergaman, karena meskipun sekolah tersebut didirikan oleh tokoh-tokoh Agama Budha, tetapi bisa menerima pelajar dari agama lain.

“SMA Karuna Dipa ini representatif keragaman Indonesia. Tapi harus dikelola dengan baik,” kata Pakar Pemikiran Islam Modern UIN Datokarama itu.

Oleh karena itu, katanya, kehadiran FKUB di SMA Karuna Dipa, untuk memupuk semangat persaudaraan antarsesama siswa tanpa memandang latar belakang apapun.

“Perbedaan agama, suku, bahasa, warna kulit dan sebagainya. jangan sampai membuat kita bertikai,” ujarnya.

Zainal Abidin menambahkan, perbedaan adalah kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian, setiap manusia harus menghargai dan menjunjung tinggi perbedaan tersebut.

Sementara itu, Jusmin, Kepala SMA Karuna Dipa Palu menyambut baik kehadiran FKUB Sulteng. Menurutnya, SMA Karuna Dipa didirikan sejak tahun 1996 dan saat ini telah memiliki alumni kurang lebih 1.700 orang.

“Sekolah ini tidak hanya untuk satu agama tertentu. Sejak adanya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, SMA Karuna Dipa membuka diri dan menerima siswa dari semua agama,” sebutnya.

“SMA ini sangat plural, ada Agama Budha, Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu. Juga Ada orang Tionghoa, Jawa, Kaili, dan sebagainya,” tambahnya.

Dengan pluralitas tersebut, SMA Karuna Dipa cenderung dijadikan sebagai lokasi penelitian bagi akademisi tingkat S2 dan S3 mengenai pendidikan multi kultural.

SMA Karuna Dipa juga, kata Jusmin, dijadikan sebagai percontohan sekolah ramah anak dan sekolah antiperundungan, oleh pemerintah daerah.

“Maka kehadiran FKUB di sekolah ini sangat berarti, karena dapat memberikan penguatan kepada kami dalam memupuk toleransi dan mencegah perundungan,” tandasnya. (RTS*)