JAKARTA, KAIDAH.ID – Pemimpin tertinggi Gereja Katolik se Dunia, Paus Fransiskus, berkunjung ke Masjid Istiqlal, Jakarta. Paus menyusuri terowongan silaturahmi, yang menghubungkan Masjid Istiqlal-Gereja Katedral, pada Kamis, 5 September 2024 pagi menjelang siang.

Dengan menggunakan kursi roda, Kepala Negara Vatikan itu menyusuri area terowongan terebut. Sementara Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Nasaruddin Umar, berjalan di sampingnya, sambil menerangkan simbil-simbol artistik, indah dan melambangkan toleransi.

Setelah itu, Paus Fransiskus menyapa semua orang di area terowongan itu dengan salam damai. Paus mengucapkan selamat atas adanya terowongan silaturahmi tersebut. Tentunya dalam Bahasa Italia yang diterjemahkan oleh penerjemah.

“Ini adalah tempat dialog dan perjumpaan,” kata Paus Fransiskus dengan menggunakan mic yang dipegang oleh Imam Masjid Istiqlal.

Paus mengajak semua di area itu, kembali membayangkan kata terowongan. Biasanya, orang-orang akan memikirkan lorong yang gelap, apalagi saat berjalan sendirian.

Namun faktanya, di terowongan ini berbeda. Kata Paus, sebagai kaum beriman dengan tradisi keagamaan berbeda-beda, semua memiliki tugas, membantu orang-orang melewati terowongan ini dengan pandangan yang diarahkan menuju terang.

“Dengan demikian, di akhir perjalanan, kita akan mampu mengenal dalam diri mereka yang berjalan di samping kita, seorang saudara, seorang saudari, yang dengannya kita dapat berbagi kehidupan dan saling mendukung satu sama lain,” kata Paus Fransiskus.

Tokoh yang akan berusia 88 tahun pada 7 Desember 2024 nanti ini, menyinggung adanya ancaman sebuah masa kegelapan. Tanda-tandanya terlihat. Ia mengajak semuanya melawan tanda-tanda kegelapan itu dengan persaudaraan.

Manusia saling menghargai identitas, bisa mendorong satu sama lain, menuju perjalanan bersama.

Ia mengucapkan terima kasih kepada mereka yang bekerja dengan penuh keyakinan, bahwa hidup dalam kerukunan dan damai bisa terjadi.

“Menyadari perlunya dunia yang lebih bersaudara. Saya berharap komunitas-komunitas kita, semakin terbuka bagi dialog antar umat beragama, dan semoga menjadi simbol kehidupan bersama yang damai, yang mencirikan Indonesia,” kata Paus.

Ia mendoakan semua yang melewati terowongan ini, selalu dalam semangat persahabatan kerukunan, dan bersaudara.

Setelah itu, Imam Besar Masjid Istiqlal, KH. Nasaruddin Umar, berbicara. Dengan menunjukkan bahasa tubuh penuh rasa hormat, ia menjelaskan, terowongan ini dibangun pada 2023 oleh pemerintah Indonesia.

Fungsinya, kata KH. Nasaruddin Umar, menghubungkan dua rumah ibadah (Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal), dengan berbagai aktivitasnya.

“Karena itu, kami mohon yang mulia menjadi saksi akan fungsi terowongan ini,” kata Imam Masjid Istiqlal.

KH. Nasaruddin menjelaskan, di bawah terowongan ini ada dua level tempat parkir yang bisa digunakan oleh umat dari dua rumah ibadah berbeda. Kapasitasnya bisa menampung sampai 1000-an mobil.

Di dalam terowongan, katanya, terdapat pemandangan indah, simbol silaturahmi. Ada juga ruang pertemuan antar umat beragama.

“Sama harapan kami juga dengan yang mulia, kami juga berharap dengan terowongan ini, menjadi jembatan persaudaraan, bukan hanya antara Katolik dengan Islam, tetapi antar umat beragama, dan antar sesama umat manusia. Terima kasih yang mulia,” ucap KH. Nazaruddin Umar.

Usai memberi penjelasan, Paus Fransiskus dan KH. Nasaruddin Umar saling menempelkan pipi kiri dan kanan. Bahkan Imam Besar Masjid Istiqlal itu mencium kepala Pimpinan Tertinggi Gereja Katolik Dunia itu. Kemudian melanjutkan ke ruangan dialog. (*)

Editor: Ruslan Sangadji