PALU, KAIDAH.ID – Warga Palu keturunan Arab punya tradisi turun temurun dilaksanakan setiap tahun, pada setiap 2 Syawal. Namanya Iwwadh atau Lebaran Arab.

Iwwadh dimulai setelah berziarah ke makam Habib Idrus bin Salim Aljufri atau yang karib disebut Guru Tua. Setelah itu, rombongan peziarah berkunjung ke rumah-rumah orang yang dituakan di kalangan mereka. Kemudian diakhiri dengan pembagian hadiah di rumah keluarga Nadoli di sekitar.Pasar Tua, Palu.

Iwwadh, tradisi turun temurun yang sudah dilaksanakan sejak puluhan tahun silam dan terus bertahan sampai sekarang.

“Iwwadh ini dilaksanakan cukup lama dilakukan oleh orang tua kami. Ini sejak zaman Belanda. Didahului ziarah ke makam Guru Tua, lalu kami berziarah dari rumah ke rumah dan berakhir di Nadoli Wood House,” jelas Farid Djavar Nassar, seorang pengusaha keturunan Arab di Palu.

Di setiap rumah yang diziarahi, rombongan membaca barzanji, qasidah, dan doa keselamatan untuk tuan rumah.

Usai doa bersama, kemeriahan pun dimulai. Petasan dinyalakan saling bersahutan. Sembari uang dibagikan dari lantai dua sebuah rumah kayu tua yang mereka namai Nadoli Wood House.

Warga berhamburan berebut uang yang dibagikan dari lantai dua rumah keluarga besar Nadoli tersebut.

Fahmi Balcher, ketua Himpunan Pengusaha NU mengatakan, rombongan Iwwadh tahun ini dipimpin Habib Ali Muhammad Aljufri yang juga Ketua Umum Pengurus Besar Alkhairaat.

“Biasa, setelah ziarah makam, kami berziarah ke rumah Habib Saggaf Muhammad Aljufri. Namun setelah beliau wafat, kita memulai dari Masjid Alkhairaat,” ujarnya.

Menurut sejarahnya, tradisi Iwwadh dilaksanakan sejak tahun 1920. Tradisi itu dikenalkan oleh Habib Idrus bin Salim Aljufri kepada warga muslim khususnya komunitas Arab di Palu.

Tradisi Iwwadh, kemeriahan yang hanya ada setahun sekali. Tradisi itu sebagai bentuk rasa syukur atas selesainya melaksanakan ibadah Ramadhan sebulan penuh. Setelah itu, barulah warga melaksanakan puasa Syawal selama enam hari sesuai Sunnah Rasulullah SAW. (*)