PEMILU 2024 lalu menjadi momentum kebangkitan yang signifikan bagi Partai Golkar Sulteng. Di bawah kepemimpinan M. Arus Abdul Karim, partai berlambang pohon beringin ini menunjukkan lonjakan performa yang tak bisa diabaikan.
Dengan total perolehan suara sebanyak 330.971 suara berdasarkan hasil rekapitulasi resmi dari KPU RI, Partai Golkar berhasil mengamankan dua kursi untuk DPR RI melalui caleg Muhidin M. Said dan Beniyanto Tamoreka. Ini merupakan peningkatan yang sangat berarti dibandingkan Pemilu 2019 lalu, partai ini hanya mampu mengirim satu wakil ke Senayan.
Kenaikan ini tidak hanya mencerminkan efektivitas strategi politik partai, tetapi juga menjadi bukti dari meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Partai Golkar sebagai saluran aspirasi politik di bawah kepemimpinan M. Arus Abdul Karim.
Tak hanya di tingkat nasional, performa Partai Golkar di tingkat provinsi juga menunjukkan hasil yang gemilang. Untuk pertama kalinya sejak era reformasi, Golkar berhasil memenangkan pemilu legislatif tingkat DPRD Sulawesi Tengah dan mengantarkan M. Arus Abdul Karim menduduki kursi Ketua DPRD Sulteng. Sebelumnya, ia hanya menjabat sebagai Wakil Ketua.
“Jabatan Ketua DPRD bukanlah hadiah, tapi amanah besar yang harus kami buktikan dengan kerja nyata. Kami akan fokus pada kebijakan yang menyentuh langsung kebutuhan rakyat,” tegas Arus – sapaan akrabnya.
Kemenangan ini diraih melalui perolehan tujuh kursi di DPRD provinsi, sebuah capaian yang menandai penguatan struktur organisasi serta kemampuan partai dalam merangkul berbagai elemen masyarakat.
Capaian ini semakin lengkap dengan keberhasilan Golkar di tingkat kabupaten dan kota. Distribusi kursi yang diraih menunjukkan bahwa kekuatan partai tersebar secara merata di seluruh wilayah Sulawesi Tengah.
Di Kota Palu dan Kabupaten Donggala masing-masing diraih 4 kursi, Sigi dan Parigi Moutong masing-masing 5 kursi, Poso 4 kursi, Tojo Unauna 5 kursi, Morowali Utara 7 kursi, Morowali 3 kursi, Tolitoli 4 kursi, Buol 2 kursi, Banggai 11 kursi, Banggai Kepulauan dan Banggai Laut masing-masing 2 kursi. Kabupaten Banggai menjadi lumbung suara terbesar dengan 11 kursi, memperlihatkan bagaimana partai ini telah mengakar kuat di wilayah-wilayah strategis.
Pun halnya pada Pilkada serentak 2024, Partai Golkar sukses menguasai kemenangan di 9 daerah se Sulteng. Yang paling anyar adalah Kabupaten Banggai dan Parigi Moutong yang mengulang kemenangan pada Pemungutan Suara Ulang.
“Kami tak hanya besar di pusat, tapi juga kokoh di daerah. Ini hasil dari kerja terstruktur dan konsisten,” kata Wakil Ketua Golkar Sulteng, Farid Djavar Nasar.
Kemenangan besar ini tentu bukan semata hasil keberuntungan. Ada proses panjang yang dijalankan oleh kepengurusan Partai Golkar Sulteng di bawah kendali M. Arus Abdul Karim. Konsolidasi internal dilakukan secara menyeluruh, mulai dari penguatan mesin partai di tingkat provinsi hingga desa. Partai juga menampilkan kombinasi tokoh senior dan muda yang mampu menjangkau berbagai kelompok pemilih.
Figur seperti Muhidin M. Said tetap mempertahankan loyalitas pemilih lama, sementara sosok seperti Beniyanto Tamoreka merepresentasikan semangat pembaruan yang relevan dengan pemilih muda dan kelas menengah.
“Saya selalu hadir di tengah masyarakat, bukan hanya menjelang pemilu. Itu yang membedakan kami,” ungkapnya.
Beniyanto Tamoreka menyebut, keterlibatan pemuda dan digitalisasi sebagai faktor penentu.
“Kami banyak bergerak melalui media sosial dan komunitas milenial. Mereka ingin pemimpin yang bisa diajak bicara dan mendengar,” katanya.
TANTANGAN DI DEPAN MATA
Dari sisi narasi politik, Golkar memainkan isu-isu yang dekat dengan kepentingan masyarakat, seperti infrastruktur, lapangan kerja, dan pemberdayaan ekonomi lokal. Pendekatan yang dilakukan cenderung realistis dan tidak bombastis, membuatnya mudah diterima oleh masyarakat akar rumput. Ditambah lagi dengan kerja-kerja nyata kader Golkar di lapangan, yang semakin memperkuat citra partai sebagai kekuatan yang tidak hanya hadir saat kampanye, tetapi juga bekerja di luar musim pemilu.

Meski pencapaian ini layak diapresiasi, tantangan di depan mata juga tak kalah besar. Kemenangan besar membawa ekspektasi yang lebih tinggi. Partai dituntut untuk menjaga kepercayaan publik dengan menunjukkan kinerja legislatif yang konkret dan pro-rakyat.
Selain itu, soliditas internal harus tetap dijaga agar tidak terjadi friksi atau perebutan pengaruh pasca pemilu. Regenerasi kader juga menjadi pekerjaan rumah yang harus terus dilakukan agar mesin partai tetap segar dan responsif terhadap perubahan zaman.
“Golkar tidak boleh terlena. Justru saat inilah kami diuji untuk bisa menjawab harapan masyarakat dengan kebijakan yang solutif,” ucap Arus Abdul Karim menegaskan.
Partai Golkar Sulawesi Tengah kini berada di posisi yang strategis, baik di tingkat nasional maupun daerah. Di Sulawesi Tengah, di bawah kendali M. Arus Abdul Karim, partai ini tidak hanya sukses secara elektoral, tetapi juga mulai membangun fondasi kuat untuk kepemimpinan politik jangka panjang.
Keberhasilan ini menjadi sinyal bahwa ketika partai mampu bertransformasi, mendengar rakyat, dan menghadirkan solusi nyata, maka dukungan publik akan datang dengan sendirinya. Kini, tugas Golkar adalah menjawab kepercayaan itu dengan kerja nyata dan kebijakan yang berpihak pada masyarakat luas.
Kini, Partai Golkar Sulteng tidak lagi sekadar peserta pemilu, tetapi menjadi poros utama dalam perumusan arah kebijakan politik di Sulawesi Tengah. Mereka telah menang dalam kontestasi, mengakar dalam dukungan rakyat, dan mulai mengendalikan arah pembangunan dan kebijakan daerah.
Jika konsistensi dan integritas tetap dijaga, bukan tidak mungkin arus baru yang dimulai oleh Golkar di bawah M. Arus Abdul Karim ini, akan menjadi gelombang besar yang menentukan peta kekuasaan politik Sulteng dalam satu dekade ke depan. Sebuah transformasi dari partai yang sekadar bertahan menjadi partai yang memimpin. (*)
Penulis: Ruslan Sangadji
Tinggalkan Balasan